Padahal jika kita renungkan idul fitri adalah hari kemenangan, hari raya bagi umat muslim di seluruh dunia. Dalam kemegahan Idul Fitri tidak selayaknya juga untuk tampil berlebih-lebih namun sekarang moment idul fitri lebih sering dijadikan ajang fashion show. Semua tak mau kalah bersaing tampil berbeda dari biasanya. Dengan sikap-sikap orang - orang seperti itu justru akan menimbulkan kesenjangan dan kecemburuan sosial bagi masyarakat menengah kebawah.
Alangkah lebih indah jika idul fitri di maknai dengan kesederhanaan, justru dengann saling berbagi dan bersilaturahim bersama keluarga, saudara dan para tetangga. Tidak diwajibkan juga harus dengan baju baru, jika ada baju yang masih terlihat baik dan layak di kenakan. Rasulullah pun tidak pernah menganjurkan untuk tampil bermewah - mewahan karena beliau sendiri hidup dalam kesederhanaan.
Menurut survei, neraca perkeonomian pembelian konsumen pada menjelang idul fitri mengalami grafik yang cukup tinggi itu lebih dikarenakan hasrat seseorang ingin tampil sempurna dan terbuai akan iming - iming dikon besar, umumnya para ibu yang lebih sulit mengontrol keuangan jika sudah menginjakan kaki di departement store.
Namun jika semua orang memiliki simpati yang tinggi pada tetangganya, saudaranya mampukah mereka melihat disekitaran mereka masih banyak yang lebih membutuhkan daripada hanya sekedar menghamburkan uang dengan baju baru apalagi sampai berlebihan. Mungkin saja di sebuah sudut rumah ada seorang ibu yang menangis lantaran tidak bisa memenuhi keinginan anaknya untuk membeli baju baru. Sudah sepatutnya kita memiliki rasa empati, di kesucian hari kemenangan bukankah seharusnya dirayakan bagi semua kalangan ? tidak hanya untuk mereka yang memiliki finansial berlebih ?
Teladanilah Rasulullah dengan gelar ke nabi annya tidak menjadikan beliau hidup dalam kemewahan. Rasul Muhammad SAW lebih sering tampil apa adanya, bersahaja dan sederhana. Lalu kita yang hanya sebagai umatnya, tidak malukah jika terus bermewah - mewah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar