“Aduuuuhhh..badan gue pada pegel
nich. Kita cari penginapan dulu yuu…” Nadia menyarankan
“Ayooo..gue juga dah mulai lapar
nich..” Jawabku
Setelah mencari makan, dan
bekeliling mencari penginapan akhirnya kami dapati juga di tempat yang cukup strategis
ini disekitaran Malioboro. Hampir semua hotel dan penginapan sudah full saat
musim liburan seperti saat ini .
Kami pun memutuskan untuk tidur
sejenak, “Ri…jalan-jalannya nanti siang aja ya..ngantuk nich”
“Iya…tapi inget lho,kita cuma tiga
hari di sini. Hmmm..coba liburannya bisa lebih panjang” akupun berbaring di
samping Nadia yang sudah terlelap.
Siangnya, kami pun berjalan-jalan
disekitaran Malioboro melihat barang-barang yang dijajakan pedagang cindera mata khas dari
kota gudeg ini.
Menjelang senja, gemericik hujan
mengiringi liburan kami kali ini. Kamipun segera mencari tempat berteduh karena
untuk kembali ke penginapan pun rasanya mustahil. Suasana Malioboro yang ramai,
nuansa kedaerahan pun masih terasa kental sekali. Ada keindahan tersendiri yang
kami rasakan. Ketika hujan mulai mereda kami pun memutuskan untuk makan disalah
satu lesehan di sepanjang jalan Malioboro tersebut.
Dan disanalah kutemui sebuah kejutan
yang tiada pernah kuduga sebelumnya. Di sudut meja aku melihat sosok yang
pernah aku kenal, ia sangat asyik dengan kameranya mungkin ia pun tak menyadari
ada seseorang yang tengah memperhatikannya.
“Riana..liat apaan sich??” Tanya
Nadia
“Coba kamu lihat orang itu…mirip
Angga ya??” Aku balik bertanya
Nadia menoleh, memperhatikan secara
seksama “Itu kan Angga..gue panggil ya..”
“Jangaaannn” terlambat laranganku,
Nadia sudah meneriaki nama itu
Laki-laki yang duduk sendiri itu
mencari-cari asal suara. Ia sempat bingung sampai akhirnya ia menyadari
keberadaan kami dan segera bergabung dengan meja kami.
“Hai…Riana” sapanya “Nadia…gimana
kabar kalian?? Udah lama ya ga ketemu !!” Angga memberondong dengan pertanyaan
“Baik”Jawabku
“Kebetulan banget ya kita bisa
ketemu disini..di Jakarta semenjak lulus SMA kita malah ga pernah ketemu..tapi
ini justru ketemu dikota lain..” ucap Angga
Aku yang masih terpaku antara
percaya dan tidak percaya jika aku bertemu dengan orang dari masa laluku, orang
yang pernah mengisi hari-hariku dulu.
“Kalian ngapain di sini??” Tanya
Angga
“Liburan..lo sendiri ada keperluan
apa disini??” Tanya Nadia
“Sama…hehehehehe” jawabnya terkekeh
“lo sendirian??”aku coba
menetralisirkan perasaanku
“Iya..tapi aku nginep di rumah
saudara, ke sininya jalan-jalan aja sendiri. Tadinya mau ngambil suasana senja
kota Yogya, tapi justru hujan” Jawab Angga “Kalian mau jadi model aku ga?? Kita
besok janjian aja…sudah berkeliling kota Yogya belum?? Sambungnya dengan
rentetan pertanyaan
Dalam pikiran kami ‘wah lumayan guide gratis’ kamipun langsung meng
iyakan tawaran tersebut. Sebelum kami kembali ke penginapan kami singgah di
beberapa toko dan menikmati pemandangan sepanjang Malioboro, dan di tugu Yogya
sana beberapa wisatawan lokal mengabadikan moment mereka.
Esok paginya kami janjian untuk
bertemu.
“Sory..sudah lama nunggu ya…” ucapku
“Ga juga..aku juga baru sampai..kita
mau kemana dulu nich??” Tanya Angga
“Terserah yang bawa, kita sch ikut
aja, iya kan Ri..??” Jawab Nadia diiselingi pertanyaan ke padaku
Akupun tersenyum mengangguk
Tujuan pertama kami adalah candi
prambanan, betapa indah pemandangan di sana. Puluhan candi berdiri megah.
Dengan berlatar view yang cantik, Angga dengan mahir memainkan jemarinya
menklik tombol kamera, ia mamang cukup berbakat dalam dunia photography.
Aku tidak pernah menyangka kami akan
sedekat itu lagi setalah tiga tahun berpisah tanpa pertemuan tanpa komunikasi.
Kami bertiga selayaknya sahabat yang memang sudah lama dekat, tanpa ada jarak
dan melupakan masa yang telah berlalu itu.
Aku tidak bisa memungkirinya bahwa
aku masih menyimpan seberkas rasa untuknya. Namun aku juga tak bisa melupakan
rasa sakit yang pernah ia torehkan saat aku mengetahui bahwa ia mencintai gadis
lain. Segala puisi dan lagu yang diciptakannya tak seutuhnya untuk ku, aku merasa
di khianatinya.
“Riana….” Angga memanggil lembut
namaku
Tiba-tiba saja jantungku berdetak kencang, saat ini ia begitu dekat
denganku. Oh,Tuhan getar itu muncul lagi saat kami saling beratatap .
Mungkinkah sebuah kisah lama itu akan terulang. Saat ini kami hanya berdua,
sedangkan Nadia entah kemana meneglilingi candi.
“Sudah lama juga ya…terakhir kita
ketemu saat perpisahan sekolah itu. Dan sebulan lalu saat ada reuni sekolah
kita pun tidak bertemu…” Angga memulai pembicaraan
“ohh..reuni,,gue ga dateng”
“Kamu masih marah ya??” Tanya Angga
“Ga..kenapa?? hmm…ko pake aku-kamu
an lagi, jadi kerasa kaku ya” aku masih berusaha menyembunyikan rasa canggungku
Angga tertawa renyah, tawa itu sudah
lama aku tak melihatnya. Sebuah tawa dimana terkadang ku rindukan.”sejak dulu
kan aku memang seperti ini..ga biasa justru pakai lo-gue”
“Haiii…berduaan aja kalian…cinta
lama bersemi kembali nich…” Nadia menggoda
“Nadia,,apaan sich..”aku tersipu
malu
“Keliling peramabanannya sudah puas
belum??kita ke tampat lain yuu..” ajak Angga
Dengan kompak kamipun mengangguk
setuju
“Kita kemana nich…?”Tanya Nadia
“melihat sunset Yogya di
parangtritis” Angga menjawab dengan seyumnya
Dan aku sedang asyik melihat hasil
jepretan dari kamera Angga, aku merasakan sesuatu berbeda ketika dimana kutemukan gambar saat kami bertiga.
Dari gambar itu seakan menjelaskan ada sesuatu yang disembunyikan Angga
terhadap Nadia, entah apa. Aku menatapnya kemudian segera berpaling saat ia
menyadari aku memandangnya.
“view pantai parangtristis itu indah
banget apalagi saat matahari terbenam, semoga saja tidak lagi turun hujan”
Angga menjelaskan seolah guide berpengalaman
Aku hanya diam dengan fikiranku
sendiri. Hatiku bertanya-tanya
mungkinkah Angga menyukai Nadia? Mungkinkah puisi-puisi yang pernah kutemukan
itu untuk Nadia?
Aku memandang lurus ke hamparan
pantai dengan ombak yang dimainkan angin senja, hingga tiba-tiba “Neng..ko
ngelamun aja..” Nadia merangkul pundakku “nanti dibawa ratu pantai selatan
lho…hehehe” ejek Nadia
“gue ga ngelamun ko…” aku mengelak “hmm..mungkin
gue cuma cape aja kali ya..” jawabku sekenanya
“ya..sudah nanti kita langsung balik
ke penginapan aja ya..”
Aku mengangguk setuju
Sepanjang perjalanan kembali ke
penginapan aku lebih banyak diam dengan ribuan tanda tanya di dalam hatiku.
Mengapa aku semakin risau seperti ini?apakah aku masih mengharapkannya untuk
kembali?jika pun Angga menyukai Nadia, itu tidak salah karena kami kini tidak
punya hubungan spesial lagi. Bahkan jika esok Angga pun bersanding dengan orang
lain itu haknya, ia punya kehidupan lain yang tak bisa untuk ku sentuh.
“Riana..kamu sakit ?” Tanya Angga
Aku hanya menggelengkan kepala
“jika kamu merasa kurang sehat kita
mampir dulu ke apotek, dan besok kita batalkan saja rencana lainnya” Ucap Angga
“Jangan..gue baik-baik aja ko..!!
besok ke Borobudur nya jangan sampai dibatalin, liburan kita tinggal satu hari
lagi” jawabku
“Ohh..ya sudah jika itu kemauanmu,
tapi jagan lupa setelah sampai penginapan kamu harus segera istirahat”
“iya..”jawabku singkat
Entah sudah tangga ke berapa ini
kami lalui, meskipun lelah akhirnya tiba juga di Borobudur. Candi megah yang
menjadi salah satu keajaiaban dunia, memang luar biasa pemandangan
disekitarnyapun indah sekali. Lelah yang kami rasakan seakan terbayarkan.
Menyatu dengan alam seakan mengikis
kerisauan yang sepanjang malam kurasakan. Karena kami tiba saat masih pagi,
udaranya pun masih terasa sejuk sekali. Aku berjalan berkeliling mencoba
menghayati nilai sejarah yang terkandung didalamnya, saking asyiknya mengagumi
candi megah ini tanpa kusadar aku terpisah dari Angga dan Nadia. Aku pun mulai
mencari-cari mereka, hingga di sebuah sudut arca yang tidak terlalu ramai aku
melihat mereka berdua berbicara serius. Aku mencoba mendekat, namun tetap
menjaga jarak dengan mereka. Aku yakin mereka tidak menyadari keberadaanku saat
ini
“gue kan sudah pernah bilang dari
dulu…!! Gue ga mungkin terima lu..!!” Ucap Nadia dengan tegas
“Kenapa?karena aku mantan sahabat
kamu? Cinta itu ga bisa memilih Nad…aku mengalah saat itu, saat aku nyatakan
perasaanku. Kamu bilang kamu ga ingin melukai perasaan sahabatmu karena Riana
menyukaiku sejak lama,dengan alasan kamu pun telah punya pasangan kamu menolak
aku. Aku sudah coba untuk menaruh perasaanku seutuhnya ke Riana,,tapi tetap ga
bisa. Perasaan yang kumiliki untuknya tak sebesar perasaaku ke kamu..apa memang tak
pernah ada kesempatan untuk aku??”Angga mengiba
“kalaupun gue terima lo sekarang,
itu sama saja terkesan gue mengkhianati Riana…!!”
“Mengkhianati apa? Aku sama Riana
sudah lama putus..”
Aku terdiam, terkejut . Antara
percaya dan tidak percaya dengan apa yang aku dengar, selama ini aku mencintai
seseorang yang bahkan tak pernah menaruh hatinya untukku, selama ini orang yang
selalu kurindukan ternyata merindukan sahabatku sendiri.
“Riana masih sayang sama lo…!! Lo
itu cinta pertama untuknya”Ucap Nadia dengan nada semakin tinggi
“Jika aku terus memaksakannya, itu
sama artinya aku melukai perasaan Riana untuk ke sekian kalinya…!!!” Ucap Angga
Pagi yang semula cerah ditutupi
kelabunya awan, gerimispun mulai membasahi tanah Yogya kembali. Aku melihat
Angga dan Nadia mencari tempat berteduh, dengan perhatiannya Angga menutupi
kepala Nadia dengan jaketnya . Dan aku hanya bisa menatap mereka, kakiku terasa
kaku. Bahkan tak kuperdulikan hujan ini semakin deras mengguyur.
Ketika hujan telah reda aku segera
kembali ke tempat parkir, rupanya disana Angga dan Nadia telah mananti. Aku
memang melihat kecemasan dari wajah Nadia
“Lo kemana saja Ri..kita itu khawatir.
Ya, ampuun lo sampai basah kuyup begini,,memangnya ga mencari tempat
berteduh??” Nadia bertanya khawatir
“Gue ingin balik ke
penginapan…sekarang” dingin yang kurasakan terkena hujan tidak sedingin hatiku
yang merasakan sakit itu
Sepanjang malam aku terus berfikir,
aku mencoba menerima semua yang telah terjadi. Hal yang menyebabkan perpisahan
itu alasannya itu adalah sahabat baikku.
“Nadia….” Aku membalikan badan
menghadapnya aku tak perduli lagi dengan mataku yang sembab
“Riana…lo nangis?? Kenapa??ko lo ga
cerita ke gue??” Nadia segera mengahmpiriku
“Gue minta lo jawab yang jujur..”
“Tentang apa…??” Nadia heran
“Apa lo pernah suka sama Angga??”
“Ko..lo tiba-tiba nanya begitu…”
“Please…gue butuh jawaban lo yang
jujur…” aku terus memaksa
“Yaaa…ga mungkin lha,,” Nadia terus
mengelak
“kenapa ??karena dia mantan gue?”aku
terus memojokannya
“Lo itu kenapa sich?? kenapa tanya
hal semacem itu ?”
“karena gue denger semua…semua saat
di Borobudur…!!”
Nadia terlihat tekejut dengan
pernyataanku, ia kehilangan kata
“Gue ga pernah nyangka orang yang
selama ini gue sayang rupanya menyayangi orang lain, dan orang lain itu tak
lain adalah sahabat gue sendiri…!!” aku tertunduk “Selama ini gue udah jahat
banget, memaksakan perasaan gue ke Angga..dia pasti menderita banget harus
bersama dengan seseorang yang ga pernah dia sayang…”
Nadia memeluk aku “maafin gue Ri…ga
ada maksud sama sekali buat nyakitin lo..gue Cuma pengen melihat lo bahagia
sama orang yang lo sayang, meskipun ya..gue harus memendam perasaan gue…”
Aku melepas pelukannya “Lo itu bodoh
atau apa sich..lo pernah dengar kalimat bahwa cinta tak harus memiliki, mungkin
itulah yang harus gue terima. Dan sikap lo yang kaya begini justru melukai tiga
hati….!!” Aku menasehatinya
“Iya..gue mengakui ini salah…gue
benar-benar minta maaf” Nadia tertunduk menyesali
“Nad….lo harus memberi kesempatan
sama Angga..dia sayang banget sama lo..gue ga akan marah..justru gue senang
banget dua orang yang gue sayang bisa bahagia bersama” ucapku
Nadia memeluk aku kembali “Thanks
Ri….”
Ke esokannya, karena kereta yang
kami tumpangi untuk kembali kejakarta jam keberangkatannya sore hari, kamipun
memutuskan unutuk menikmati hari terakhir liburan di Yogyakarta. Pilihan kami
menikmati wisata alam pagi hari adalah ke Kaliurang.
Pemandangan yang sejuk nan mempesona
seakan memanjakan mata, dibawah kaki gunung merapi itu menjadi saksi sebuah
kisah yang selama ini tersembunyi.
“Angga…Nadia, gue uda tau semua..!
gue ingin melihat kalian bisa bersama sebagaimana seharusnya dua orang yang
memang saling menyayangi..jangan memenjarakan hati kalian masing-masing.. gue sudah
bisa terima semuanya, mungkin selama ini hanya gue yang kurang sensitif sama
perasaan yang kalian rasakan” Aku memulai percakapan
“Riana..maaf, selama ini aku tidak
pernah bermksud membohongi kamu..” Angga mengungkap penyesalannya
“Gue ngerti..dan gue sudah memaafkan
kalian yang ga pernah jujur sama gue…”aku tersenyum menggoda mereka,
menggenggam tangan mereka
Dua hati yang terpenjara itu
terungkap, Yogya menjadi pemersatu dua orang yang aku sayangi. Hari yang
singkat itu, telah membuka tabir yang telah tersembunyi sekian lamanya.
#
TAMAT #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar