Hingga di sebuah ketika, Zahira
merasa terusik akan kehadiran sosok lain di tempatnya. Seorang pria,
penampilannya cukup sederhana. Dalam beberapa kali Zahira melihat orang
tersebut mendecak-decakkan lidahnya
“Maaf sepertinya kehadiran saya
mengganggu anda” ucap laki-laki itu
“Ahh..ga’ biasa aja..!!” Zahira menjawab
bingung, ia pun duduk tak jauh dari laki-laki tersebut. Zahira merasa ada yang
aneh dengan laki-laki tersebut dengan ragu-ragu Zahira mencoba mengibas-ngibas
tangannya di depan wajah laki-laki tersebut dan Zahira terkejut dengan keadaan
laki-laki tersebut.
“Astaga…dia tidak dapat melihat”
Gumam Zahira pelan
“Apa kamu bicara sesuatu ?” Tanya
laki-laki itu “Jika kamu tidak nyaman dengan kehadiran ku, aku akan pergi”
lanjutnya
“jangaan..tidak usah, aku sama sekail tidak merasa terganggu” Jawab Zahira “Aku hanya terkejut saja ada yang tau tempat persembunyianku, hehehehe..” Zahira terkekeh
“jangaan..tidak usah, aku sama sekail tidak merasa terganggu” Jawab Zahira “Aku hanya terkejut saja ada yang tau tempat persembunyianku, hehehehe..” Zahira terkekeh
“Entah kenapa kakiku mengarahkan ke
tempat ini, suasananya agak nyaman dan jauh dari hingar-bingar..tempat ini
sangat cocok untuk orang yang patah hati dengan menyendiri,,atau jangan-jangan
kamu sedang patah hati ya??” Tanya laki-laki itu
“Ahh..ga’ aku memang suka saja di
sini. Aku suka menikmati sinaran mentari yang menembus melalui celah-celah
pohon itu. Sehingga kehangatannya pas saja menurutku.” Jawab Zahira
“Sunrise..bukan kebanyakan orang
lebih suka menikmati sunrise itu dari
atas gunung atau di pantai..tapi kamu malah aneh..menikmatinya di tempat
teduh dimana mentari tidak tampak secara keseluruhan” Laki-laki itu berkomentar
“Aku punya alasan mengapa aku tidak
suka menikmati mentari dari tempat-tempat itu” Zahira mulai murung
“Maaf sepertinya aku sudah terlalu
banyak bicara..oh,ya aku Fauzan. Senang bisa berkenalan dengan kamu, aku harus
segera pergi” Laki-laki bernama Fauzan itupun meninggalkan Zahira dalam
kegundahannya.
Dulu Zahira memang sangat suka
melakukan pendakian, namun kejadian beberapa tahun silam di Semeru membuatnya
trauma. Di tengah perjalanan pendakian, cuaca tiba-tiba saja memburuk dan
kondisi medan yang memang tidak baik sehingga terjadilah kecelakaan itu. Zahira
kehilangan sahabat baiknya, sahabat setia yang selalu bersamanya semenjak
kecil, Alvian. Betapa terguncangnya Zahira saat itu, hampir ia tidak mampu
untuk melanjutkan perjalanannya. Dalam beberapa waktu Zahira tenggelam dalam
duka kehilangan yang teramat sangat, hingga ia tidak mau lagi menginjakan kaki
ke pegunungan.
Beda hal dengan suasana pantai,
semasa kecil ia hampir saja tenggelam saat bermain di pesisir pantai saat acara
berlibur besama keluarganya. Dan itu membuatnya tidak terlalu menyukai pantai.
Mungkin hanya sunrise satu hal yang
ia sukai, Alvian lha sahabat terdekat
yang telah mengenalkannya akan keindahan menikmati sunrise. Zahira memang bukan
seperti gadis pada umumnya, yang up to date akan perkembangan mode atau
fashion. Meskipun begitu ia adalah gadis yang cerdas, terbukti dengan gelar
Sarjana Komputer yang di sandangnya.
Saat siang menjelang Zahira teringat
akan sosok Fauzan, laki-laki itu memberikan kenyamanan yang pernah di berikan
sahabatnya Alvian. Sejak pertemuan saat itu, mereka pun akhirnya sering bertemu
membahas banyak hal. Hingga tanpa mereka sadari ‘virus merah jambu’ itu
menyerang mereka.
Zahira begitu mengagumi sosok
Fauzan, yang tidak putus asa pada takdir. Ia juga cukup cerdas terbukti dari
beberapa pertanyaan yang di ajukan Zahira hampir semua terjawab olehnya. Dan
Fauzan adalah seseorang yang religius, kekurangannya tidak menjadi penghalang
baginya untuk tetap taat pada ajaran agama.
Tapi tidak pada Fauzan, ia tidak percaya
diri untuk jatuh cinta lebih dalam pada Zahira. Meskipun ia tidak dapat melihat
kecantikan Zahira dari matanya, namun ia bisa merasakan ketulusan dan cantiknya
perangai Zahira melalui hatinya.
“Aku ingin kamu meminangku ke orang
tua ku” Ucap Zahira secara gamblang kepada Fauzan
“Tapi,apakah keluargamu bisa
menerima keadaanku ini??” Fauzan berucap ragu
“Aku pasti mampu meyakinkan
orangtuaku..”
“Sebaiknya kamu bicarakan dulu
baik-baik pada keluargamu. Apapun keputusan yang kamu ambil nantinya aku siap
menerima. Jika Allah memang meridhai kita bersatu, Insya Allah tidak akan ada
halangan yang berarti dan kita pasti mampu melaluinya.” Fauzan berkata bijak
Malam harinya, Zahira pun
menyampaikan niatnya pada kedua orang tuanya.
“Apa kamu sudah pikirkan secara
matang?? Kamu tahu bagaimana keadaan Fauzan itu??” Ayah Zahira murka
“Apa yang salah, keadaannya itu
bukan keinginan dia. Ketabahannya telah membuat Zahira menyayangi dia, Zahira
ingin menikah dengannya bukan karena fisik semata maupun materi. Tapi lebih
pada keyakinan hati Zahira bahwa Fauzan itu yang terbaik untuk Zahira.” Zahira
tetap berusaha meyakinkan orang tuanya
“Apa yang bisa di harapkan dari
orang yang memiliki kekurangan seperti itu nak..ibu tidak mau bukan kebahagiaan
yang kamu dapat tapi justru kesulitan karena merawat dia yang tidak sempurna”
Sang ibu buka suara
“Astagfirullah ibu, itu sudah
menyalahi kodrat yang telah Allah tetapkan. Kita tidak pernah tau apa yang akan
terjadi ke depannya, Zahira yakin Fauzan adalah laki-laki yang tepat untuk
hidup Zahira” Zahira tetap pada pendiriannya
“Kamu fikirkan lagi sebelum akhirnya
nanti malah penyesalan yang kamu terima..!!” Sang ayah pergi berlalu, masih
bersikeras tak bisa merestui hubungan Fauzan dan Zahira
Waktu silih berganti, dalam setiap
sujudnya Zahira selalu memohon agar hati orang tuanya melunak dan bisa merestui
Fauzan bersanding dengannya. Hingga akhirnya, doa-doa dua insan yang dimabuk
asmara itupun terjawab, orang tua Zahira melihat kesungguhan dan perangai yang
baik dari Fauzan dan mereka pun merestui hubungan putrinya.
Zahira sangat bahagia menyambut hari
pernikahannya, ia begitu bersemangat mempersiapkannya. Kurang dari satu minggu
lagi pernikahan sederhana itu akan di gelar, undangan pun telah menyebar ke
beberapa kerabat dan orang terdekat saja. Namun, takdir berkata lain tepat di
hari pernikahannya, di mana semestinya menjadi hari bahagia untuk sepasang
sejoli itu pun berganti duka. Mobil yang membawa rombongan pengantin pria mengalami
kecelakaan, semua penumpang pengalami cidera namun yang terparah adalah Fauzan,
keadaannya sungguh kritis.
Dengan busana kebaya putih nan
anggun, Zahira menanti kehadiran datangnya sang mempelai pria dengan gelisah.
Perasaannya semakin tak menentu, sudah lebih satu jam Fauzan belum datang juga
dimana semestinya akad itu sudah berlangsung. Hingga kemudian, Zahira mendapat
kabar duka itu. Ia segera berlari menuju rumah sakit tempat Fauzan di rawat, di
sepanjang jalan tak henti-henti air mata membasahi pipinya.
“Sudah nak..sabar, kita doakan
Fauzan baik-baik saja” Sang ibu mencoba menenangkan
Zahira semakin kalut, semakin
terisak lalu menghambur dalam pelukan sang ibu “Zahira takut bu..terjadi
sesuatu yang lebih parah pada Fauzan”
Tiba lha Zahira beserta keluarga di
rumah sakit, ia segera menuju ruang Unit Gawat Darurat dimana Fauzan terbaring.
Namun tiada yang mampu menolak kehendak Tuhan, beberapa saat setelah kedatangan
Zahira, Fauzan menghembuskan nafas terakhirnya. Fauzan tak mampu bertahan karena
benturan cukup keras di kepalanya. Zahira semakin terguncang, ia pun jatuh
pingsan.
Gerimis mengiringi pemakaman Fauzan,
wajah Zahira yang pucat dengan matanya yang sembab tak mampu berhenti meratapi
kepergian calon pendamping hidupnya tersebut. Zahira terbayang akan
kenangan-kenangan bersamanya dengan Fauzan, meski waktu perkenalan mereka
teramat singkat namun telah menancapkan kenangan yang indah dalam hidupnya dan
meyakinkan dirinya bahwa Fauzan lha laki-laki yang tepat yang telah lama
dinantikannya untuk menemani sisa hidupnya.
Fauzan bisa menjadi kakak untuk
zahira, menjadi sahabat. Ia hadir saat Zahira merindukan Alvian sahabat
sekaligus laki-laki yang pernah ia cintai. Dan hanya Fauzan lha yang mampu membuat harinya kembali
berwarna,merakan kembali getar-getar perasaan yang telah kian lama membeku, seseorang
dimana dengan suka rela Zahira berbagi tempat
rahasianya menikmati sunrise.
“Aku ingin menikmatinya melalui
jendela ini, sunrise selalu sama. Hanya keadaan lha yang kini telah berbeda.
Tiada lagi yang membuat ku tersenyum merasakan kehangatan mentari bersama
karena kamu tidak lagi disini” Ucap lirih Zahira menatapa mentari yang mulai
meniggi memulai hari yang baru.
#
TAMAT #
Tidak ada komentar:
Posting Komentar