Indonesia terdiri dari geografis yang unik dengan pegunungan membentang dan kokoh berdiri di semenanjung beberapa wilayah negeri ini. Dibalik keindahannya beberapa gunung pun menyimpan pesona misteri yang mengiringinya beserta mitos yang santer beredar di telinga maupun kehidupan penduduk sekitar atau para pendaki dan pencinta alam lainnya.
Berikut adalah beberapa pegunungan di wilayah Jawa dengan keunikan misteri dan mitos-mitosnya :
1. Gunung Merapi
Sejak zaman dahulu, misteri Gunung Merapi yang terletak di perbatasan Yogyakarta-Jawa Tengah ini memang menarik perhatian dan sering dibicarakan masyarakat. Misteri ini tidak lepas dari segala hal gaib yang terkadang menjadi ciri khas gunung ini. Gunung Merapi sendiri adalah salah satu gunung vulkanik teraktif di Indonesia.
Misteri
Gunung Merapi tidak bisa lepas dari kepercayaan banyak orang bahwa di
gunung itu hidup berbagai makhluk halus yang sekaligus menjadi
penguasanya. Menurut penduduk setempat, Eyang Merapi adalah raja para
makhluk halus di Merapi. Penduduk setempat mempercayai bahwa Eyang Sapu
Jagad merupakan jin penguasa Merapi yang menentukan apakah gunung akan
meletus atau tidak. Karenanya di jaman dulu, Raja Yogyakarta sering
memberi sesaji agar Eyang Sapu Jagad tidak marah.
Sementara
Eyang Megantara dipercayai sebagai pengendali cuaca di sekitar Gunung
Merapi. Nyi Gadung Melati dipercaya sebagai pimpinan para makhluk halus
wanita dan bertugas untuk menjaga kesuburan tanaman di wilayah tersebut.
Eyang Antalboga dipercaya sebagai penjaga keseimbangan Gunung Merapi di
permukaan bumi. Mbah Petruk dipercaya sebagai pemuka jin yang akan
memberi tanda tentang kapan Merapi akan meletus. Kyai Sapu Angin
dipercaya menjaga ternak dan semua hewan di Gunung Merapi. Makhluk halus
yang satu ini sangat akrab di telinga penduduk setempat, karena jin ini
sering mendatangi penduduk.
Pasar Bubrah
Cerita
gaib lainnya yang cukup membuat merinding adalah pasar makhluk halus.
ini juga merupakan misteri Gunung Merapi yang cukup dikenal masyarakat
luas. Menurut cerita almarhum Mbah Marijan, Setiap malam Jumat akan ada
pasar Bubrah yang merupakan pasar para makhluk halus. Setiap malam jumat
akan terdengar kegaduhan mirip
pasar seperti pasar pada umumnya. Suara alunan gamelan dan gending
(musik/lagu) Jawa akan kedengar. Ada beberapa pendaki Gunung Merapi yang
sudah membuktikan kebenaran mitos Pasar Bubrah ini.
Seperti
daerah angker lainnya, Gunung Merapi terkadang meminta tumbal. Misteri
Gunung Merapi ini memang sulit dipercaya bagi orang di luar kawasan
Merapi. Namun realitasnya, beberapa pendaki menjadi korban di Gunung
Merapi. Penduduk percaya bahwa itu merupakan tanda bahwa penguasa Merapi
sedang menginginkan tumbal. Penduduk setempat mempercayai bahwa tumbal
yang akan diambil penguasa Merapi adalah orang yang bertabiat buruk
maupun orang yang membuatnya marah.
Awan Mbah Petruk
Sebelum
terjadi erupsi pada awal bulan November tahun 2010, masyarakat setempat
digemparkan oleh penampakan awan Mbah Petruk yang berhasil tertangkap
kamera oleh seorang warga Magelang bernama Suswanto. Terdapat cerita
menarik yang sempat beredar di masyarakat tentang awan Mbah Petruk yang
terlihat menoleh ke kanan. Petruk sendiri adalah salah satu tokoh
pewayangan Jawa yang sering diibaratkan sebagai seorang rakyat. Saat
dimainkan oleh dalang, wajah Petruk biasanya selalu menoleh ke kiri.
tidak hanya itu, awan Mbah Petruk yang mengarah ke selatan juga
merupakan pertanda bahwa kemarahannya akan lebih difokuskan ke wilayah
selatan Merapi. Akhirnya pada 5 November 2010, sesuai kepercayaan
masyarakat akan pertanda dari awan Mbah Petruk, terjadi erupsi Gunung
Merapi dengan letusan dahsyat dan menimbulkan banyak korban.
2. Gunung Sumbing
Hasil pemetaan penunggu Gunung Sumbing yang sangat misterius itu merupakan suatu pengalaman fenomental dan subyrktif. Pemetaan ini merupakan kolaborasi hasil diskusi antara pendaki yang senang menikmati atmosfir mistis Gunung Sumbing. Berikut hasil pemetaan yang pernah dilakukan sekelompok pendaki yang tidak mau disebutkan namanya :
Kilometer 1-2
Perjalanan
kilometer 1-2 akan melewati sebuah jembatan. Di jembatan itu, terdapat
banyak makhluk berjejer dengan segala bentuk. Termasuk raksasa besar
berwarna hitam yang dipercaya sebagai penunggu utama Gunung Sumbing.
Kilometer 2-4
Perjalanan
memasuki kilometer 2 yang didominasi oleh lahan penduduk dan juga hutan
belukar yang menyatu dengan pepohonan pinus. Ketika memasuki hutan
belukar, Para pendaki mulai mencium bau rokok kemenyan yang sering
dihisap oleh simbah-simbah dijawa. Ternyata disepanjang jalan itu banyak
makhluk yang mirip orang-orang tua yang sedang duduk menghisap rokok
menyan.
Kilometer 4-Pasar Watu
Kilometer
4-5, medan semakin sulit dan terjal. Karena itu, para pendaki harus
mengikuti jalan air yang berpasir. Semakin tinggi, bentuk makhluk halus
yang menghuni Gunung Sumbing adalah menyerupai manusia. pada kilometer
ini, mereka bertemu dengan orang tua bersorban dan berjanggut putih
layaknya seorang pertapa.
Pasar Watu-Tanah Putih
Di
pasar watu, sesosok wanita berambut panjang menampakan diri. Menurut
salah seorang dari mereka, ia adalah sundel bolong. Begitu pula di Watu
Kotak, ada beberapa wanita dan ibu-ibu berasanggul dan juga orang tua
berjubah putih. Di perjalanan Watu Kotak ke Tanah Putih, mereka melihat
sesosok pertapa berpakaian hitam sedang duduk bersila.
3. Gunung Lawu
Gunung lawu bersosok angker dan menyimpan misteri dengan tiga puncak utamanya, yakni: Harga Dalem, Harga Dumilah, dan Harga Dumiling yang dimitoskan sebagai tempat sakral di tanah jawa. Harga Dalem diyakini masyarakat setempat sebagai tempat pemasoksan Prabu Bhrawijaya Pamungkas, Harga Dumiling diyakini sebagai tempat pamoksan Ki Sabdopalon, dan Harga Dumilah merupakan tempat misterius yang sering dipergunakan sebagai ajang kemampuan olah batin dan meditasi.
Konon katanya Gunung Lawu merupakan pusat kegiatan spiritual di tanah jawa dan berhubungab erat dengan tradisi dan budaya keraton, semisal upacara labuhan setiap bulan sura (muharam) yang dilakukan oleh keraton Yogyakarta.
Siapapun yang hendak pergi kepuncaknya, maka harus berbekal pengetahuan perihal wewaler (peraturan-peraturan) yang tertulis yakni larangan-larangan rertentu untuk tidak melakukan sesuatu baik bersifat perbuatan maupun perkataan. Bila pantangan ini dilanggar, maka pelaku bakal bernasib naas.
Tempat-tempat lain yang diyakini misterius oleh penduduk setempat selain tiga puncak tersebut yakni: Sendang Inten, Sendang Drajat, Sendang Panguripan, Sumur Jalatunda, Kawah Candradimuka, Repat Kepanasan (cakrasurya), dan Pringgadani. Bagaimana situasi Majapahit sepeninggalan Sang Prabu Bhrawijaya? Konon sebagai pengganti tugas kerajaan adalah pangeran Katong. Figur ini dimitoskan sebagai seorang sakti yang muksa di Ponorogo. Suatu wilayah Gunung Lawu di lereng tenggara.
4. Gunung Kelud
Nama Gunung Kelud berasal dari jarwadhasak, yakni dari kata "ke" (kebak=penuh) dan "lud" (ludira=darah). Hal ini berarti bila murka, kelud bisa merenggut banyak korban jiwa tak berdosa. Menurut kepercayaan penduduk sekitar kawah, Gunung Kelud dijaga sepasang buaya putih yang konon merupakan jelmaan bidadari.
Legenda menceritakan, zaman dahulu kala ada dua bidadari sedang mandi di telaga tersebut. karena terlena, dua bidadari itu melakukan perbuatan intim dengan sesama jenis. Perbuatan tersebut rupanya diketahui oleh dewa. Karena kesal, sang dewapun mengutuk kedua bidadari tersebut menjadi buaya.
Sejak tahin 1000, kelud telah meletus sebanyak 23 kali. Interval letusannya rata-rata berlangsung setiap 15 tahun sekali. Paling pendek 3 tahunan, berlangsung pada tahun 1848. Tapi kelud pernah bersikap manis selama 37 tahun yang berlangsung pada tahun 1864-1901. Entah apa yang membuat kelud selama 37 tahun rak pernah sakit-sakitan. Barangkali para penunggunya merasa nyaman, karena warga sekitar rutin mengirim makanan kesehatan berupa aneka jenis sesaji, seperti yang kerap dilakukan oleh warga desa Sugihwaras.
Menurut catatan, sudah sebanyak 3 kali kelud sempat mengamuk berat, yakni tahun: 1919, 1951, dan 1966. Uniknya kalo direka-reka, angka tahun meletusnya itu sangat menarik, yakni selalu mengiringi peristiwa besar di Tanah Jawa. Misalkan saja: letusan 1951 yang menandai Pemberontakan Madiu . Kemudian ledakan 1966 yang terjadi setahun pasca G30S/PKI. pada tiga ledakan itu, material yang dimuntahkan meluncur ke bawah melalui Kali Badak, Kali Ngobo, Kali Putih, Kali Semut, dan Kali Ngoto.
Menurut sesepuh desa di sekitar Gunung Kelud, para korban itu sedang dikersakke oleh dua bidadari penunggu kawah. Bila laki-laki diperlakukan sebagai suamidan yang perempuan diangkat sebagai saudara. Warga menengarai, bila kelud akan meletus biasanya ada dua sorot sinar terang masuk ke kawah, atau banyak burung gagak berterbangan di pedesaan.
5. Gunung Semeru
Gunung semeru yang puncaknya bernama Mahameru tersebut adalah gunung tertinggi di tanah jawa. Letaknya berada di Proponsi Jawa Timur dan bersanding dengan Gunung Bromo dan Gunung Arjuna, meskipun tidak sedekat hubungannya dengan Gunung Sindoro, Gunung Sumbing, Gunung Merapi dan Gunung Merbabu di Jawa Tengah.
Gunung Semeru yang berketinggian 3.676 meter di atas permukaan laut tersebut memiliki banyak kisah menarik bagi para pendaki. Sosok Shoe Hoek Gie, tokoh tahun 70-an itu memiliki hubungan erat dengan Gunung Semeru. Di tempat itu, Hoek Gie menghembuskan napas terakhirnya. Untuk naik ke Semeru jalur yang banyak ditempuh adalah melalui kota Malang. dari Malang menuju Ranu Pane dan selanjutnya menuju ke Ranu Kumbolo. dilokasi ini terdapat danau sehingga para pendaki sering menghabiskan malam untuk istirahat dan menikmati keindahan danau dari atas ketinggian.
Perjalanan dari Ranu Kumbolo, para pendaki akan dipertemukan dengan daerah yang ditumbuhi hutan lebat. Dari sini, banyak kisah yang bernuansa mistik terjadi. Konon banyak yang menyebut kawasan hutan tersebut adalah hutan mistis. Sebab, tak jarang pendaki tersesat di hutan tersebut meski sudah berulang kali mendaki Semeru. Orang Jawa mengatakan, oyot kesimpar. Artinya, seseorang akan dibuat linglung dan hanya berputar-putar di jalan sama dalam waktu panjang.
Selepas hutan, kita akan bertemu dataran lapang yangemyimpan banyak misteri. inilah yang dinamakan arcapada (arca kembar). Dalam legenda Semeru diceritakan bahwa di tempat tersebut terdapat dua buah arca yang berdiri kembar. Pendirinya adalah prajurit dari jaman kerajaan Majapahit. Hanya saja keberadaan arca tersebut tidak bisa dilihat oleh sembarang orang. Hanya orang yang memiliki kelebihan saja yang bisa mengetahui keberadaan arca kembar tersebut. Dan yang melihatnya memiliki beragam versi terkait wujud arca kembar tersebut. Ada yang mengatakan arca tersebut sebesar anak kecil. Namun ada juga yang mengatakan bahwa arca tersebut sangat besar sehingga bisa terlihat dari jauh seperti dari Ranu Kumbolo. Selain itu, bagi orang biasa yang terpilih pun bisa menyaksikan keberadaan arca tersebut.
6. Gunung Bromo
7. Gunung Merbabu
Pasar setan! Sepertinya perkataan ini sangat naif saat terdengar di telinga kita. Tapi fenomena ini sudah lama beredar dilingkungan masyarakat yang tinggal di lereng Gunung Merbabu. Salah satu gunung yang dikeramatkan di Tanah Jawa. Konon di puncak, atau barang kali juga di salah satu bagian Gunung Merbabu terdapat pasar setan.
Menurut keterangan warga setempat, keberadaan Pasar Setan itu memang ada. Dan ini sudah tidak asing lagi bagi warga di lereng Merbabu. Sementara itu, menyangkut lima jasad wanita yang menempel di perbukitan dan seseorang yang mati dalam posisi bersemedi itu adalah para korban. Namun kejadian tersebut dirahasiakan oleh warga, karena bila membocorkan rahasia itu mereka akan menerima musibah. Konon kebanyakan korban menimpa pasa orang yang bermaksud mencari pesugihan atau orang yang tidak ijin ketika akan memasuki Pasar Setan
8. Gunung Slamet
Gunung
Slamet (3.432 meter) merupakan salah satu gunung berapi yang terdapat
di pulau jawa. Gunung Slamet yang berada di perbatasan Kabupaten Brebes,
Banyumas, Purbalingga, dan Pemalang ini adalah gunung tertinggi di Jawa
Tengah serta kedua tertinggi di pulau Jawa. Terdapat empat kawah di
puncak Gunung Slamet yang semuanya masih aktif. Menurut cerita orang
tua, Gunung Slamet memang berbeda dengan gunung lain di Tanah Jawa.
Gunung Slamet memang bukan gunung yang biasa didaki untuk tujuan wisata, hobi, atau sekadar ingin mnaklukan puncaknya, melainkan pendakian ke puncaknya untuk tujuan semisal spiritual.
Dalam istilah bahasa Indonesia, kata slamet berarti selamat. Karenanya semenjak jaman kakek buyut hingga sekarang, Gunung Slamet tidak pernah terbatuk-batuk apalagi meletus. Namun bila Gunung Slamet meletus, maka akan terbelahnya pulau Jawa menjadi dua bagian.
Dalam istilah bahasa Indonesia, kata slamet berarti selamat. Karenanya semenjak jaman kakek buyut hingga sekarang, Gunung Slamet tidak pernah terbatuk-batuk apalagi meletus. Namun bila Gunung Slamet meletus, maka akan terbelahnya pulau Jawa menjadi dua bagian.
9. Gunung Gede
Kadangkala
pendaki yang berada di kawasan alun-alun Suryakencana akan mendengar
suara kaki kuda tang berlarian, tetapi kuda tersebut tidak terlihat
wujudnya. Konon kenadian ini ditangkap sebagai pertanda Pangeran
Suryakencana datang ke alun-alun dengan dikawal oleh para prajurit.
Selain itu para pendaki terkadang akan melihat sesuatu bangunan istana.
Kawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Bersama rakyat jin, beliau menjadikan alun-alun sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, Kebun Kelala Salawe Tangkal, dan Salawe Manggar. Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berupa batu besar berbentuk pelana. Hingga kini, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun dan disebut Batu Dongdang yang dijaga Embah Layang Gading. Sumber air yang berad di tengah alun-alun, semula merupakan jamba. untuk keperluan minum dan mandi.
Eyang Jayanusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada di sebelah utara puncak Gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu di halaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas. Batu tersebut pernah ingin dibancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya.
Kawasan Gunung Gede merupakan tempat bersemayam Pangeran Suryakencana. Bersama rakyat jin, beliau menjadikan alun-alun sebagai lumbung padi yang disebut Leuit Salawe, Salawe Jajar, Kebun Kelala Salawe Tangkal, dan Salawe Manggar. Petilasan singgasana Pangeran Suryakencana berupa batu besar berbentuk pelana. Hingga kini, petilasan tersebut masih berada di tengah alun-alun dan disebut Batu Dongdang yang dijaga Embah Layang Gading. Sumber air yang berad di tengah alun-alun, semula merupakan jamba. untuk keperluan minum dan mandi.
Eyang Jayanusumah adalah penjaga Gunung Sela yang berada di sebelah utara puncak Gunung Gede. Sedangkan Eyang Jayarahmatan dan Embah Kadok menjaga dua buah batu di halaman parkir kendaraan wisatawan kawasan cibodas. Batu tersebut pernah ingin dibancurkan, namun bor mesin tidak mampu menghancurkannya.
10. Gunung Ciremai
Gunung
Ciremai merupakan gunung tertinggi di Jawa Barat. Tinggi Gunung Ciremai
mencapai 3.078 meter dpl. Bagi sebagian masyarakat Kuningan dan
sekitarnya, gunung Ciremai diyakini sebagai asal muasal nenek moyang
orang Jawa Barat.
Misteri Gunung Ciremai pun ramai terlahir dari daerah-daerah itu. Misalnya, beberapa situs yang dianggao angker, keramat, dan penuh misteri, seperti situs kubhran kuda, konon didaerah ini terdapat kuburan kuda milik tentara jepang. Jija melewati daerah ini sering terdengar suara kaki kuda. Cerita yang datang dari daerah Pangasungan cukup menyeramkan. Pada malam-malam tertentu sering terdengar jeritan atau derap langkah kaki serdadu jepang. Menurut catatan sejarah, Pengangsungan adalah tempat pembuangan tawanan perang dari Indonesia.
Misteri Gunung Ciremai pun ramai terlahir dari daerah-daerah itu. Misalnya, beberapa situs yang dianggao angker, keramat, dan penuh misteri, seperti situs kubhran kuda, konon didaerah ini terdapat kuburan kuda milik tentara jepang. Jija melewati daerah ini sering terdengar suara kaki kuda. Cerita yang datang dari daerah Pangasungan cukup menyeramkan. Pada malam-malam tertentu sering terdengar jeritan atau derap langkah kaki serdadu jepang. Menurut catatan sejarah, Pengangsungan adalah tempat pembuangan tawanan perang dari Indonesia.
11. Gunung Salak
Gunung
Salak tidak setinggi gunung tetangga ya, Gunung Gede. Namun tingkat
kesulitan yang dimiliki Gunung Salak begitu angker untuk didaki.
Termasuk keberadaan Kawah Ratu yangada di wilayahnya. Dengan banyaknya
jalur menuju puncak Gunung Salak dan saling bersimpangan ini tentu akan
membungungkan para pendaki. Disebutkan oleh banyak orang, bahwa lokasi
ini menyimpan harta karun peninggalan belanda. Harta karun itu berupa
emas murni yang dimasukan dalam peti, dan dikuburdi empat titik terpisah
di area Gunung Salak. Sementara warga yang mencoba mencari harta karun
di sekitar Kawah Ratu banyak yang tewas karena menghadapi medan yang
berat di Gunung Salak.
12. Gunung Arjuno
Gunung
Arjuno atau Arjuna ini terletak di Malang, Jawa Timur yang memiliki
ketinggian 3.339 meter dpl. Di gunung tesebut banyak ditemukan banyak
petilasan-petilasan bekas Kerajaan Majapahit dan berbagai objek wisata,
seperti air terjun.
Namun, konon untuk mendaki Gunung Arjuna tersebut harus berhati-hati; karena menurut cerita masyarakat, banyak pendaki yang tersesat dan tidak bisa pulang kembali. Berikut kami rangkum 5 legenda mistis Gunung Arjuna tersebut, sebagai berikut :
Namun, konon untuk mendaki Gunung Arjuna tersebut harus berhati-hati; karena menurut cerita masyarakat, banyak pendaki yang tersesat dan tidak bisa pulang kembali. Berikut kami rangkum 5 legenda mistis Gunung Arjuna tersebut, sebagai berikut :
Arjuna
Konon,
Arjuna pernah melakukan pertapaan di sebuah gunung dengan sangat
khusyuk semala berbulan-bulan. Kemudian tubuhnya mengeluarkan sinar dan
memiliki kekuatan yang luar biasa, hingga membuat Kahyangan kacau.
Kawah Condrodimuko menyemburkan laharnya, bumi berguncang, petir menggelegar di siang hari, hujan turun dan menimbulkan banjir, dan gunung tempat Arjuna bertapa terangkat ke langit.
Para Dewa yang khawatir, maka melakukan tindakan untuk menghentikan pertapaan dari Arjuna tersebut. Kemudian Batara Ismaya diturunkan ke bumi dengan menjelma menjadi Semar. Dengan kesaktiannya, Semar memotong puncak gunung tempat Arjuna bertapa dan melemparkannya ke tempat lain.
Kemudian Arjuna terbangun dari pertapaannya dan mendapat nasehat dari Semar untuk tidak melakukan pertapaan lagi. Kemudian tempat pertapaan tersebut disebut Gunung Arjuna, dan potongannya diberi nama Gunung Wukir.
Kawah Condrodimuko menyemburkan laharnya, bumi berguncang, petir menggelegar di siang hari, hujan turun dan menimbulkan banjir, dan gunung tempat Arjuna bertapa terangkat ke langit.
Para Dewa yang khawatir, maka melakukan tindakan untuk menghentikan pertapaan dari Arjuna tersebut. Kemudian Batara Ismaya diturunkan ke bumi dengan menjelma menjadi Semar. Dengan kesaktiannya, Semar memotong puncak gunung tempat Arjuna bertapa dan melemparkannya ke tempat lain.
Kemudian Arjuna terbangun dari pertapaannya dan mendapat nasehat dari Semar untuk tidak melakukan pertapaan lagi. Kemudian tempat pertapaan tersebut disebut Gunung Arjuna, dan potongannya diberi nama Gunung Wukir.
Acara Ngunduh Mantu
Cerita
mistis di Gunung Arjuna memang kerap terdengar dan sudah menjadi bahan
pembicaraan masyarakat sekitar, seperti tentang adanya lantunan musik
Ngunduh Mantu. Para pendaki atau penambang belerang kadang mendengar
Ngunduh Mantu, yaitu suara gamelan Jawa untuk acara pernikahan.
Menurut masyarakat, jika mendengar Ngunduh Mantu maka lebih baik tidak meneruskan pendakian ke puncak Gunung Arjuna tersebut; karena jika memaksa meneruskan pendakian maka si pendaki biasanya akan tersesat dan hilang.
Menurut masyarakat, jika mendengar Ngunduh Mantu maka lebih baik tidak meneruskan pendakian ke puncak Gunung Arjuna tersebut; karena jika memaksa meneruskan pendakian maka si pendaki biasanya akan tersesat dan hilang.
Alas Lali Jiwo
Sebelum mencapai puncak Gunung Arjuna, terdapat tempat yang disebut oleh masyarakat sebagai Alas Lali Jiwo atau berarti hutan lupa diri. Menurut kepercayaan setempat, orang yang mempunyai niat jahat, jika melewati daerah tersebut akan tersesat dan lupa diri.
Menurut ahli spiritual, daerah tersebut memang banyak dihuni oleh para jin. Para pendaki kadang mendengar suara gamelan dan kemudian menghilang. Konon pendaki tersebut dibawa untuk dikimpoikan dengan bangsa jin daerah tersebut.
Menurut mitos, para pendaki juga tidak boleh melanggar beberapa larangan, seperti pendaki tidak boleh berjumlah ganjil, tidak boleh memakai baju merah (warna merah dominan), dan tidak merusak situs-situs petilasan Kerajaan Majapahit yang tersebar di area pendakian Gunung Arjuna tersebut.
Pasar Dieng
Di wilayah pendakian menuju puncak Gunung Arjuna, dipercaya terdapat Pasar Dieng atau biasa disebut pasar hantu. Di areal Pasar Dieng tersebut terdapat makam para pendaki yang pernah meninggal di tempat tersebut. Wilayahnya yang datar dan luas merupakan areal yang cocok dijadikan sebuah pasar.
Konon, pernah ada pendaki yang membuka tenda di wilayah Pasar Dieng tersebut untuk bermalam sebelum menuju puncak. Pada malam hari, ia dikejutkan dengan suasana ramai di luar tendanya, dan ia melihat sebuah pasar yang sangat ramai. Pendaki tersebut dikabarkan berkeliling pasar dan membeli sebuah jaket.
Kemudian ia kembali ke tenda, dan besok pagi ketika ia bangun; wilayah sekitar tendanya sepi tidak ada orang satu pun dan tidak ada bekas-bekas pasar. Jaket yang dibelinya masih ada, namun uang kembalian yang diberikan oleh pedagang pasar tersebut berubah menjadi daun.
Petilasan
Di Gunung Arjuna terdapat banyak situs-situs petilasan peninggalan Kerajaan Majapahit dan Singasari. Beberapa petilasan tersebut yaitu, petilasan Eyang Antaboga, Eyang Abiyasa, Ayang Sekutrem, Eyang Sakri, Eyang Semar, Eyang Sri Makutharama dan petilasan Sepilar.
Menurut mitos, petilasan-petilasan tersebut dijaga oleh Bambang Wisanggeni yang merupakan anak dari Arjuna dengan Bathari Dresanala.
Petilasan-petilasan tersebut digunakan orang zaman dahulu untuk melakukan pertapaan. Masyarakat percaya, orang yang melakukan pertapaan tersebut muksa (menghilang dengan jasadnya). Orang-orang muksa tersebut dipercaya masih berada di tempat tersebut dan menjaga tempat tersebut hingga waktu yang tidak diketahui.
Sumber : www.wartainfo.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar