Laman

Senin, 04 Agustus 2014

Libur Lebaran 2014 ala Backpacker : Menyinggahi Sawarna (Part.I)

Welcome Agustus, tak terasa kini sudah pergantian bulan. Saat ini saya ingin berbagi kisah sebuah perjalanan seru saat lebaran di akhir bulan lalu. Sebuah perjalanan murni ala backpacker ke tempat yang dijuluki surga tersembunyi Banten yakni Pantai Sawarna. Meskipun ga punya kampung halaman bukan berarti tidak bisa menikmati yang namanya sebuah perjalanan ketika lebaran kan ?

Trip yang di usung oleh sebuah agent trip kali ini menyuguhkan perjalanan secara share cost. Diwakili oleh seorang admin-nya, titk kumpul awal dari perjalanan itu sendiri adalah stasiun kota. Ketika itu kami bertujuh naik kereta comuter line untuk kemudian bertemu seorang peserta lain yang telah menunggu di stasiun berikutnya. Hari itu masih suasana lebaran 28 Juli 2014, sekitar jam 22.30 berangkatlah kereta yang kami tumpangi menuju stasiun Bogor.
Setibanya di stasiun Bogor, schudule perjalanan yang di rencanakan sebelumnya hampir berantakan karena ternyata kereta yang hendak kami tumpangi terakhir keberangkatan adalah jam 18.30 WIB. Tanpa banyak membuang waktu kami memutuskan untuk menggunakan kendaraan bus dari terminal Bogor (berharap masih ada bus yang berangkat malam itu agar paginya kami sudah tiba di Sawarna). Dan harapan hanya sekedar harapan, untuk kesekian kalinya kami harus mengalami kecewa, karena bus yang menuju ke arah Pelabuhan Ratu ( karena tidak ada akses kendaraan langsung menuju Banten -Sawarna ) untuk keberangkatan pertama adalah sekitar jam 04.30 sedangkan kami sudah berada di terminal sejak jam 00.30 tak dipungkiri terdamparlah kami bersama beberapa penumpang lain dengan tujuan berbeda pastinya. Ada untungnya juga bagi para pelancong dengan peralatan kemping, akhirnya di gelarlah matras untuk sekedar kami berbaring dan menyeruput teh hangat dengan menggunakan nesting. Bahkan tadi rencananya ingin memasang tenda sekalianhttps://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEis9I8XFKID-9TfnbDPJHHiObMFRt8AZtIe6ZRqeJcly4S2z9NKxoSUeagyDqWNTytwnqErp9sjOTT3dFASzbR9vx5-JyldMLBIJz5ewRdyhVKA3XgVEZmYSa3dc_aNT7F_zVYPMV906YQb/s1600/525.gif. Ya..pada akhirnya kami harus bermalam di terminal.

waktu demi waktu kian bergulir, menjelang subuh hari berangkatlah bus yang kami tumpangi menuju pelabauhan ratu. Lumayan, didalam bus kami sempat memejam mata setelah di terminal mayoritas dari kami tak bisa terlelap. Mungkin sebuah kekeliruan juga melakukan perjalan tepat di hari raya karena harga tarifnya naik hampir 50%. (Jika saja hari-hari biasa mungkin budget yang kami habiskan bisa lebih sedikit berkurang).

Kami tiba di terminal pelabuhan ratu sekitar pukul 07.30 WIB lalu kemudian melanjutkan dengan transport lain semacem ELF untuk di sewa menuju lokasi Sawarna. Perjalanan yang berliku-liku dan beberapa akses jalan yang rusak membuat perut kami serasa dikocok-kocok sehingga terasa mual, belum lagi si sopir yang mebawa kendaraan dengan kecepatan ekstra. Sekitar jam 09.30 kami tiba di lokasi pintu wisata Sawarna. Penumpang yang cukup padat membuat kami harus menunggu beberapa saat untuk melewati jembatan goyangnya.

Singkat cerita setelah beberapa langkah berjalan dan melewati beberapa home stay di sekitarnya sampai juga kami di pantai biru nan cantik Sawarna. Tapi jujur, saya cukup kecewa karena agak jauh dari bayangan saya sebelumnya. Awalanya saya berfikir Sawarna benar-benar surga tersembunyi yang belum banyak terjamah namun kenyataan di depan mata membludaknya pengunjung menjadikan pantai yang indah itu serasa kehilangan kedamaian.

Setelah istirahat sejenak akhirnya dibangunlah tenda untuk kemi bermalam, menikmati segarnya kelapa muda sambil menatap indah ciptaan Tuhan pantai sawarna dengan deburan ombak serta langitnya yang membiru meski suasana sawarna kala itu sangat panas.

Sekiranya matahari sudah agak bersahabat sekitar jam setengah tiga an kami berjalan-jalan di pesisir pantai sekalian menuju Tanjung layar yang menjadi icon dari pantai Sawarna. Tentu saja kami tak menyia-nyiakan untuk mengabadikan moment dengan berfoto-foto bersama. Satu insiden yang cukup membuat saya agak shock dan terkejut adalah dikala saya hendak mengambil gambar di atas karang, deburan ombak yang agak meninggi menghantam tiba-tiba dan saya sempat terbawa arusnya, saya yang memang tidak bisa berenang sempat diliputi rasa panik dan berusaha mencari pijakan walau pada akhirnya harus mengalami luka goresan terkena karang yang meruncing di dalam air. Dengan sedikit di bantu teman saya berhasil ke tepi dengan pakaian yang kuyup. Saya sempat menahan perihnya karena luka yang masih tergores basah beradu padu dengan air garam pantai.

Tidak mau terlalu larut, saya pun mencoba menahan untuk tidak lagi terlalu merasakannya untuk kemudian melanjutkan kembali perjalanan. Setibanya di lokasi tujuan, Tanjung layar kami tuangkan kembali kegembiraan melihat panorama alam yang indah yang diabadikan lewat kamera dan memori kenangan tentu saja. Kami menghabiskan waktu hingga matahari terbenam.
Ketika bisa berpadu bersama alam ada sensasi berbeda yang dapat di rasakan, ah..betapa kecilnya kami di hadapan Tuhan. Apa yang kami saksikan hanyalah seberkas kecil maha kuasa ciptaanNya. Saat di  tanjung layar itu kami sungguh dibuat takjub dengan ombaknya yang berdebur cantik menerpa karang-karang. Matahari terbenamnya dengan komposisi awan berpadu anggun dilangitnya senja. Tak akan cukup lautan tinta untuk menggambarkan betapa dahsyatnya ciptaan Tuhan Maha Sempurna.

Kami kembali menuju lokasi tenda kami berdiri. Bersih-bersih diri untuk setelahnya makan malam. Masing-masing dari kami sudah mendapat tugas dan tanggung jawabnya. ada yang bagian memasak, mencuci piring dan lain sebagainya. Kerjasama yang solid sehingga tercipta keakraban di antara kami serasa seperti sudah lama saling mengenal (padahal kami baru pertama kali berjumpa saat di Stasiun Kota).

Acara camping pantai kami cukup terbantu dengan adanya beberapa warung yang berdiri di tepian pantai dan MCK yang sudah tersedia di lokasi wisata. Yang pasti sungguh berbeda suasana camping di pantai kala itu dengan suasana gunung tentu saja.

Acara barbeque-an yang telah direncanakan dan ada pada intenirary harus batal lantaran ikan-ikan yang hendak disantap hilang tak tahu rimbanya. Mungkin ada yang mengambil saat kami tak menyadarinya dan sedang asyik mengabadikan moment.

Usai makan malam setelah mencuci dan membereskan beberapa perlengkapan dan berbicang sebetar untuk rencana di hari berikutnya Saya yang agak kurang enak badan berpamitan untuk tidur terlebih dahulu mungkin efek sore tadi yang basah kuyup atau memang kondisi tubuh yang kurang cocok dengan iklim pantai. (entahlha) Setidaknya setelah cukup beristirahat keadaan saya mulai membaik di ke esokan harinya.

Sekitar jam 11 siang kami sudahi trip di Sawarna, kemudian melanjutkan kembali dengan wisata alam lain yang tak terlampau jauh masih di kawasan Banten pula yakni Pulau Manuk, wilayah Bayah. Masya Allah, ketika kami hendak keluar dari lokasi Sawarna terjadi kepadatan dan penumpukan pengunjung pasalnya akses jembatan hanya satu dan itu pun harus silih berganti antara pengunjung datang dan pengunjung keluar. Kemacetan terjadi beberapa meter menuju lokasi Sawarna, bahkan tak jarang terjadi perang urat saraf antara pengunjung dan petugas. Dan, akhirnya kami berhasil keluar dari lokasi walaupun dengan agak kesulitan. trip berikutnya menuju Pulau Manuk, karena cukup sulit mendapat sewa mobil akhirnya kami diberangkatkan dengan ojek.
 
To be Continue . . . . .

Tidak ada komentar:

Posting Komentar