Postingan pertama diawal tahun, sekelumit cerita yang saya lewati bersama seorang kawan di malam pergantian tahun masehi 2015. Niat awal kami memang ingin jauh dari kesan hura-hura terlebih di akhir tahun lalu bertubi-tubi bencana datang silih berganti menimpa negeri, tak layak rasanya berpesata pora tapi disudut lain tengah berduka.
Sudah beberapa tahun terakhir, saya berusaha untuk mengisi pergantian tahun dengan bermuhasabah.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya di masjid At-Tiin namun untuk tahun ini saya alihkan ke lokasi lain yakni itikaf di masjid Baitul Ikhsan yang terletak di kawasan komplek perkantoran Bank Indonesia.
Semenjak siang hujan turun tak juga reda, meski sempat diliputi kebimbangan saya memutuskan untuk tetap lanjut berjalan. Untuk menuju shalter bank Indonesia saya menggunakan busway dari shalter di cempaka mas menuju harmoni utk transit dan dilanjutkan ke lokasi tujuan.
Tapi, tidak setibanya di shalter cempaka mas antrian sudan mengular panjang. Saya berpositif pasti antrian tidak akan lama. Tapi saya salah besar hampir 2 jam saya mengantri menunggu akhirnya bisa juga dapat busway. Tapi saya dapat kabar kalau perjalanan dari harmoni menuju blok-M sudah ditutup semenjak sore. Akhirnya kami memutuskan untuk ke istiqlal saja.
Permasalahan belum selesai, ketika sudah dapet busway namun kami semua penumpang diturukan di Atriun Senen. Kecewa, dongkol bahkan sebagian penumpang sangat emosi, alasannya karena busway tidak bisa melanjutkan perjalanan terhalang massa yang menghadiri JNF.
Sudah kepalang tanggung dan berjanji saya tetap melanjutkan perjalanan untuk ke istiqlal menggunakan bajai. Setibanya di istiqlal usai menunaikan shalat isya, saya mendapat kabar bahwa istiqlal tidak mengadakan zikir akbar dan jam 10 malam kondisi masjid sudah harus steril itu berarti tidak ada seorang pun yang boleh bermalam di masjid.

Tidak ada komentar:
Posting Komentar