Pekan ke tiga dibulan Januari, saya berkesempatan untuk berkunjung ke lokasi yang cukup unik dan menarik. Bertempat di Grand Indonesia Lantai 8, Galeri Indonesia Kaya namanya. Sebuah tampat yang digagas menjadi ruang edukasi tentang kaya dan aneka ragamnya segala hal juga budaya Indonesia. Dikemas dengan teknologi digital yang disajikan secara interaktif dan menarik.
Untuk menuju ke lokasi, bisa menggunakan busway jalur kota-blok M atau sebaliknya dan turun di shalter Tosari lalu jalan sebentar ke Grand Indonesia. Setelahnya berjalan menyusuri ke arah west mall. Lokasi tempat berdekatan dengan blitz mega plax 4D, Grand Indonesia.Karena saat itu saya berkeinginan juga menyaksikan pertunjukan film yang disajikan dari Galeri Indonesia kaya, maka saya registrasi terlebih dahulu. Pemandangan pertama kami disapa oleh gambar multi media lelaki dan perempuan berpakaian adat dengan menggunaan bahasa dari pakaian adat yang dikenakannya. Setelahnya ada video mapping dan berbagai alat canggih lain yang telah di buat sedemikian rupa berbasis teknologi yang mumpuni.
1 Kaca Pintar Indonesia : Kumpulan objek budaya seluruh nusantara mulai dari pariwisata, kuliner, kesenian dan tradisi dengan tampilan menarik diatas layar touch screen.
2. Selaras Pakaian Adat : Pengunjung dapat berfoto dengan pakaian adat digital dari seluruh nusantara. Aplikasi ini terhubung dengan media sosial sehingga pengunjung dapat langsung mengunggah fotonya.
3. Sapa Indonesia : Layar multimedia menampilkan pemuda-pemudi Indonesia berbaju adat dari berbagai daerah Nusantara yang menyapa pengunjung saat datang dan saat pulang di arah pintu berbeda.
4. Video Mapping : Berbentuk wayang yang mengisahkan penggalan-penggalan mahabrata tentang kiprah pandawa melawan kurawa
5. Arungi Indonesia : Menawarkan sensasi terbang diatas wilayah nusantara, melewati beberapa tempat penting dan ternama di Indonesia beserta inforrmasi mengenai wilayah tersebut.
6) Selaras tokoh wayang : Hampir sama dengan multimedia 'selaras pakaian adat' hanya disini pengunjung dapat memilih kostum digital layaknya tokoh pewayangan seperti hanoman dan srikandi.
1. Interior atap ruangan Galeri Indonesia Kaya yang kental dengan nuansa seni dan artistik
1. Interior atap ruangan Galeri Indonesia Kaya yang kental dengan nuansa seni dan artistik
2. Area Praga untuk memperagakan para pengrajin membuat berbagai kerjinan khas Indonesia
3. Gelang Registrasi Galeri Indonesia Kaya untuk menonton pertunjukan seni di auditorium
4. Beraneka macam khas kain batik dengan berbagai motif
5. Padatnya pengunjung yang menantikan pertunjukan film nusantara
6. Ruang Auditorium, tempat pertunjukan seni budaya bernuasa nusantara baik tampilan secara virtual atau nyata
Sekitar jam 3 sore sebagaimana jadwalnya hari itu akan diputar sebuah lakon film berjudul Drupadi. Saya sendiri baru mengetahui bahwa ternyata film itu dibintangi oleh aktris dan aktor tanah air yang tak dapat diragukan lagi kemampuan aktingnya.
Sebut saja Dian sastro sebagai Drupadi, lalu Nicholas Saputera berperan menjadi Arjuna, Dwi Sasono sebagai Yudhistira, Ario Bayu sebagai Bima yang merupakan dari ksatria pandawa lima. Di sisi lain ada Donny Alamsyah sebagai karna, Butet kertarajasa sebagai Sakuni bagian dari kurawa. Film ini diproduksi sejak tahun 2008 atas arahan tangan dingin seorang Riri Riza dan Mira Lesmana.
Drupadi adalah sosok seorang wanita cantik yang bersuamikan lima pandawa, di suatu malam Yudhistira di tantang permainan dadu yang dipimpin oleh paman para kurawa yang terkenal licik,Sakuni. Di akhir permainan, Yudhistira kehilangan seluruh kekayaan dan kerajaannya. Tak segan ia mempertaruhkan saudara-saudaranya bahkan dirinya sendiri. Karena ego yang dimilikinya sampai akhirnya dia mempertaruhkan Drupadi sebagai 'pelayan' para kurawa. Drupadi memberontak, ia memperjuangkan kebebasannya. Berulangkali ia pertanyakan hak Yudhistira mempertaruhkan dirinya saat dia sendiri telah kehilangan kebebasannya. Film ini berkisah tentang sebuah simbolis seorang wanita memperjuagkan keadilan dan persamaan hak.
Ruang Auditorium saat itu penuh terisi oleh para pengunjung yang ingin menyaksikan kepiawaian Dian Sastro dan kisah unik dari seorang Drupadi. Berdurasi sekitar 45 menit, film selesai diputar. Karena sudah mengelilingi dan melihat-lihat keseluruhan yang ada di Galeri Indonesia Kaya saya dan adik saya keluar dari area.
Berhubung diluar masih hujan, sembari menunggu redanya saya browsing tempat yang asyik untuk menikmati Ice Cream. Setelah menimbang-nimbang saya segera meluncur ke cafe Ragusa Ice Cream bertempat di Jl. VeteranI No.10.Menggunakan transportasi busway saya turun di halte Juanda, dan jalan sebentar ke lokasi.
Tak diragukan lagi, sudah banyak yang menuliskan review tentang tempat ini. Diselingin rasa penasaran akhirnya saya berkesempatan juga mengunjungi tempat ini. Untuk harga saya katakan masih cukup wajar atas kelembutan nikmatnya ice cream tapi jujur saya sangat kecewa saat itu atau mungkin saya saja yang datang pada saat yang tidak tepat.
Penyajian ice cream tidak elegant sebagaimana yang saya lihat reviewnya selama ini, wadah hanya menggunakan steroform juga tempat yang kecil layaknya ice cream kentong yang hanya di jual di pinggir jalan yang harganya bahkan tak lebih dari Rp 5.000. Padahal saat itu kisaran harga dari Rp 25.000 - Rp 60.000 dari menu yang disajikan.
Dan mohon maaf jika ada yang keliru, menurut pendapat saya pelayanannya juga kurang menyenangkan. Saat dimana saya berntanya sopan mengenai tempat duduk yang kosong si empunya dengan cueknya menjawab untuk cari sendiri dengan intonasi suara yang kurang ramah dan saat itu tempat memang full, saya berpikir sebelumnya akan mendapatkan jawaban yang lebih menyenagkan. Beruntung akhirnya ada pengunjung yang selesai sehingga saya dan adik saya bisa menikmati ice cream tanpa harus duduk di luar yang masih gerimis.
Saya akui tempat ini cukup fenomenal melihat dari sejarah berdirinya, sehingga banyak pengunjung yang berminat datang, disamping juga karena cita rasanya. Namun, bukankah pelayanan dan penyajian juga menjadi tolak ukur dari kepuasan pengunjung. Semoga tidak ada yang merasakan kekecewaan seperti saya.
Sumber : www.indonesiakaya.com
Sumber : www.indonesiakaya.com
Kalo ada acara kayak ginian, senggol aku dong yaaang :)
BalasHapusTempat ini buka sesuai jam operasional Grand Indonesia ko mba, Cek di web nya aja, terkadang klo weekday jarang buka
Hapusaiih jadi pengen berkunjung juga, ajak adek2.. tapi baru aja selesai liburan.. :(
BalasHapusBIsa direncanakan untuk liburan berikutnya ^_^
Hapus