Sekitar akhir bulan januari lalu, bersama seorang teman menjadi 'Nekad Traveller' ke sebuah lokasi destinasi dimana kami tak punya kenalan seorangpun. Hanya bermodalkan informasi dari internet, terlaksanalah perjalanan itu. Tujuan kami kala itu adalah Kota Tasikmalaya. Meski awalnya sempat tarik ulur, diselimuti keraguan untuk teteap jalan atau dibatalkan. Namun, akhirnya bersama teman yang saya panggil wati (harusnya saya manggil dia dengan embel-embel kakak, tapi lebih nyaman sebagaimana biasa dan ia pun sama sekali tidak keberatan) kami tetap melanjutkan rencana perjalanan tersebut.
Berangkat dari Terminal Bekasi jam 9 malam, berharap bisa sampai sebelum subuh untuk itu kami mengambil alternatif terminal yang cukup dekat dengan tol antar kota. Jam 2 pagi nyatanya kami sudah tiba di kota Tasikmalaya terminal Indihang, tak ada persiapan untuk bermalam. Semula kami berencana untuk tidur di masjid dalam terminal namun orang-orang di sekitar lokasi menyarankan untuk kami beristirahat saja di lokasi yang cukup ramai. Akhirnya, sambil menunggu pagi dan kedatangan seorang kawan yang habis backpackeran dari Solo, Ko'Dede, kami beristirahat di warung.Meski mengantuk tak ada satupun dari kami yang dapat terlelap.
Tim kami sudah berkumpul ya..hanya ber-tiga saja karena yang lain membatalkan. Menjelang subuh tim kami pun bertambah, berkenalan dengan Juma dan Kang Suhe berasal dari Cimahi dengan tujuan yang sama Gunung Galunggung.
Sedikit ulasan mengenai gunung Galunggung, merupakan salah satu gunung berapi aktif di jawa barat memiliki ketinggian 2.167 mdpl. Meletus pertama kali di tahun 1822 disusul 1894,1918,1982 dan 1983 yang telah menelan ribuan korban jiwa, menghancurkan ratusan desa, memutuskan aliran jalan dan sungai sehingga terjadinya perubahan peta wilayah. Di periode 1984-1990an mulai di lakukan perbaikan pasca bencana memperbaiki topografi jalan dan keadaan yang rusak termasuk membangun 620 anak tangga sebagai akses ke puncaknya.
Sedikit ulasan mengenai gunung Galunggung, merupakan salah satu gunung berapi aktif di jawa barat memiliki ketinggian 2.167 mdpl. Meletus pertama kali di tahun 1822 disusul 1894,1918,1982 dan 1983 yang telah menelan ribuan korban jiwa, menghancurkan ratusan desa, memutuskan aliran jalan dan sungai sehingga terjadinya perubahan peta wilayah. Di periode 1984-1990an mulai di lakukan perbaikan pasca bencana memperbaiki topografi jalan dan keadaan yang rusak termasuk membangun 620 anak tangga sebagai akses ke puncaknya.
Selepas shalat subuh kami menaiki angkot hijau yang akan mengantar kami ke kaki gunung Galunggung. Udara yang sejuk, pematang sawah menghijau menjadikan pagi itu terasa nikmat.Sekitar kurang lebih satu jam kami membayar retribusi dahulu akhirnya kami tiba di Galunggung. Ada 2 opsi untuk menuju ke atasnya, bisa menggunakan jasa ojek diantar hingga dibawah ratusan tangga Galunggung dg biaya 20.000-25000 atau jika mampu hanya cukup berjalan sekitar 1-1,5 jam saja terlebih jalannya yang sudah beraspal sehingga tidak menjadi kesulitan yang berarti.
Karena rindu sudah lama tidak tracking, saya dan ketiga teman lainnya memutusan untuk berjalan saja sembari menikmati alam, pepohonan di sekitar yang kami lewati. Sungguh sangat disayangkan terlalu banyak sekali vandalisme. Meskipun kondisi jalan sudah cukup nyaman karena sudah rapi terlapisi aspal tetapi tanjakan-tanjakannya cukup membuat letih juga.Sekitar kurang lebih satu jam kami berjalan santai dan banyak berhenti untuk istirahat akhirnya kami tiba juga di bawah ratusan anak tangga untuk mencapai puncaknya.
Singgah sebentar di salah satu warung, si ibu cukup ramah menyambut kami dan berbagi cerita tentang beberapa pengunjung yang pernah datang ke lokasi. Bahkan beliau menyarankan jalan alternatif,untuk mencapai puncak melalui jalur tracking berpasir dan turun baru melalui anak tangga. Si ibu bilang agar tidak terlalu lelah dalam perjalanannya.
Kami pun mengikuti saran si ibu warung, jalur itu masih cukup sepi, mungkin belum banyak yang tahu. Justru disitu jadi terasa lebih nyaman, lebih damai. Setelah sampai puncaknya kami melihat danau kawah yang membiaskan warna hijau yang indah dari atas lalu kamipun memutuskan untuk turun menuju danau tersebut. Ya, untuk yang ini bisa dibilang jalur tracking karena hampir mirip sebagaimana yang pernah saya temui di beberapa jalur pendakian. Mencari pijakan dan berpegang, kondisi jalurnya yang kecil di dominasi batu-batu bercadas di tambah tanah yang licin karena sempat diguyur hujan.
Uniknya danau kawah di Galunggung yang memiliki diameter 1000 meter tidak tercium sama sekali bau belerang selayaknya gunung berapi lain di Indonesia. Informasi yang saya dengar dilakukan penyulingan belerang di danau tersebut di alihkan untuk menjadi tenaga uap .
Semakin siang, lokasi wisata semakin ramai beruntung kami telah tiba semenjak pagi hingga bisa cukup puas meng-eksplore keindahan alam di Gunung Galunggung. Langit gelap mulai menyelimuti, angin semakin berhembus kencang, rintik gerimis mulai turun kami pun memutuskan untuk turun melalui ratusan anak tangga. Benar apa yang dikatakan ibu di warung tadi, nyatanya kami menyaksikan sendiri pengunjung yang kepayahan kelelahan harus menanjak naik menapaki anak tangga.
Setibanya turun dari puncak kami kembali berteduh di warung lantaran hujan turun dengan deras. Sembari menunggu reda, selepas shalat zuhur kami pun memutuskan untuk menyinggahi sebentar ke pemandian air panas di kaki Gunung Galunggung. Menggunakan jasa ojek yang dikenakan tarif Rp 15.000. Konon pemandian air panas yang mengandung mineral ini berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit kulit ataupun untuk kesehatan dan kesegaran jasmani.
Hampir sepanjang perjalanan kami di iringi rintik hujan, pun saat kami hendak meninggalkan kawasan Galunggung. Karena untuk berjalan kaki cukup lumayan menuju pintu masuk tadi dan melanjutkan angkot hijau, kamipun menumpang mobil pick up. Beruntung si Bapak dan Ibu pemilik pick up berbaik hati bahkan menawari untuk mengantar kami hingga ke terminal. Padahal jika saja tidak mendapat bantuan tersebut entah sampai kapan kami harus menunggu angkot.
Setibanya di terminal kamipun berpisah, berhubung saya memperkirakan tiba hingga tengah malam saya memutuskan untuk mengambil bus jurusan yang menuju Tanjung Priok dan benar saja hal tersebut. Perjalanan kala itu serasa diliputi perlindungan yang luar biasa, dan tak sedikitpun kami mengalami halangan berarti.
Perkiraan estimasi biaya transportasi :
- Bus Primajasa dari Bekasi Rp 65.000
- Ongkos Angkot Hijau Rp 12.000
- HTM Retribusi Galunggung Rp 6.500
- Ojek ke Cipanas Rp 15.000
- Bus Budiman ke Tanjung Priok Rp 75.000
Terima Kasih Allah atas kesempatan di moment pergantian usia, kembali berpadu dengan alam. Terima kasih pula untuk teman-teman seperjalanan yang telah mengukir cerita bersama dalam suka, duka, pengalaman, dan kebersamaan.
Uniknya danau kawah di Galunggung yang memiliki diameter 1000 meter tidak tercium sama sekali bau belerang selayaknya gunung berapi lain di Indonesia. Informasi yang saya dengar dilakukan penyulingan belerang di danau tersebut di alihkan untuk menjadi tenaga uap .
Semakin siang, lokasi wisata semakin ramai beruntung kami telah tiba semenjak pagi hingga bisa cukup puas meng-eksplore keindahan alam di Gunung Galunggung. Langit gelap mulai menyelimuti, angin semakin berhembus kencang, rintik gerimis mulai turun kami pun memutuskan untuk turun melalui ratusan anak tangga. Benar apa yang dikatakan ibu di warung tadi, nyatanya kami menyaksikan sendiri pengunjung yang kepayahan kelelahan harus menanjak naik menapaki anak tangga.
Setibanya turun dari puncak kami kembali berteduh di warung lantaran hujan turun dengan deras. Sembari menunggu reda, selepas shalat zuhur kami pun memutuskan untuk menyinggahi sebentar ke pemandian air panas di kaki Gunung Galunggung. Menggunakan jasa ojek yang dikenakan tarif Rp 15.000. Konon pemandian air panas yang mengandung mineral ini berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit kulit ataupun untuk kesehatan dan kesegaran jasmani.
Hampir sepanjang perjalanan kami di iringi rintik hujan, pun saat kami hendak meninggalkan kawasan Galunggung. Karena untuk berjalan kaki cukup lumayan menuju pintu masuk tadi dan melanjutkan angkot hijau, kamipun menumpang mobil pick up. Beruntung si Bapak dan Ibu pemilik pick up berbaik hati bahkan menawari untuk mengantar kami hingga ke terminal. Padahal jika saja tidak mendapat bantuan tersebut entah sampai kapan kami harus menunggu angkot.
Setibanya di terminal kamipun berpisah, berhubung saya memperkirakan tiba hingga tengah malam saya memutuskan untuk mengambil bus jurusan yang menuju Tanjung Priok dan benar saja hal tersebut. Perjalanan kala itu serasa diliputi perlindungan yang luar biasa, dan tak sedikitpun kami mengalami halangan berarti.
Perkiraan estimasi biaya transportasi :
- Bus Primajasa dari Bekasi Rp 65.000
- Ongkos Angkot Hijau Rp 12.000
- HTM Retribusi Galunggung Rp 6.500
- Ojek ke Cipanas Rp 15.000
- Bus Budiman ke Tanjung Priok Rp 75.000
10 komentar:
Baru mampir udah suka sama tulisannya :)
www.fikrimaulanaa.com
Terima kasih banyak mas Bro ^_^
Siaapp meluncur
mantap, pasti seru tuh
Sebuah perjalanan selalu membawa keseruan utk bisa diceritakan kembali :-)
ah keren banget tuh :D
So..pasti keren sangat. Sisihkan waktu berkunjung y :-)
wah mbak saya asli dari tasikmalaya lho,hehe kalau tau mbak backpackeran ke daerah tasik bisa mampir :D. Galungung memang banyak dikunjungi sih mbak :D
Wah..sayang se-x br mengenal,,coba klo lebih awal mngkn saya tak kan terdampar :D Galunggung masih jadi central destinasi di kota Tasikmalaya
Kaa, angkot nya naik dari terminal Raja Polah? atau nomer angkot berapa atau jurusan mana?
saat itu kami di terminal indihang, berjalan sebentar ke arah pasar lalu naik angkot 01 hijau (jika tidak salah ingat) utk menuju Galunggung-nya
Posting Komentar