Sebuah perkampungan yang kurang lebih luasnya 289 hektar, di diami oleh sebagian besar notabane penduduknya adalah orang keturunan betawi asli. Berlokasi di Srengseng Sawah, Jagakarsa - Jakarta Selatan cukup dikenal sebagai perkampugan betawi dimana kebudayaannya memang dilestarikan di sini. Mulai dari bentuk rumah hingga kuliner yang berjejer rapi memasarkan panganan khas betawi. Bahkan di waktu-waktu tertentu sangat ramai oleh pagelaran seni dan pertujukan budaya betawi.
Daerah ini dinamakan Setu Babakan karena terdapat sebuah danau dengan kedalaman sekitar 1-5 Meter dimana aliran airnya berasal dari sungai Ciliwung bernama Setu/Situ Babakan. Tempat ini dipusatkan sebagai tempat pelestarian dan pengembangan budaya betawi yang kini semakin lama kian tergerus dan terpinggirkan. Menjadi salah satu alternatif wisata sederhana bagi penduduk kota yang ingin lebih jauh mengenal kebudayaan betawi. Peresmiannya Sebagai kawasan cagar budaya baru dilakukan pada tahun 2004 tepat peringatan HUT DKI ke-474 oleh gubernur saat itu Bapak Sutiyoso saat masih menjabat.
Suasana yang masih asri dengan pepohonan rindang, kuliner beraneka ragam, pertunjukan seni dan rumah berpondasi kebudayaan betawi sangat kental terasa dan konon kabarnya sebagian sering digunakan untuk lokasi syuting-syuting layar kaca.
Setu babakan sendiri juga sudah dilengkapi berbagai fasilitas seperti Mushalla (orang betawi dahulu menyebutnya langgar), penyewaan sepeda untuk berkeliling kawasan, gallery, toko souvenir, sepeda air dan lain sebagainya.
pengunjung yang datang ke Setu Babakan tidak dikenai biaya sama sekali kecuali hanya biaya parkir sekitar Rp 2.000 - Rp 5.000. area ini di buka dari pukul 06.00 -18.00.
Untuk menuju ke kawasan ini dapat menggunakan kendaraan pribadi atau bila ingin menggunakan transportasi umum kednaraan publik yang melintasi area ini adalah Kopaja 616 jurusan Blok M-Pasar Minggu.
Sebagai seseorang yang memiliki keturunan Betawi, saya cukup merasa bangga bahwa disatu sudut ibu kota, masih ada kawasan yang menjujung kebudayaan Budaya Betawi yang pada nyatanya semakin lama tergerus perkembangan modernisasi,industri dan pusat pemerintahan sehingga perlahan alkurasi Betawi kian luntur dengan banyaknya pendatang tanpa keterampilan mumpuni hingga menjadikan ibu kota memegang rekor penduduk terbayak di Indonesia.
Next time, kindly invite me to hang out to gether :*
BalasHapusSiip..next time semoga waktunya bisa saling sinkron say
Hapusbelum prnah kesini...
BalasHapussekali-kali berkunjung mba..banyak hal menarik terlebih saat HUT DKI
HapusWaah..masuknya ga ada biaya ya? Semoga semakin banyak yang mengunjungi..It's Free!^^
BalasHapusIya..semoga semakin banyak pengunjung dan budaya negeri dapat lestari
Hapusterima kasih telah berbagi info....
BalasHapussalam kenal dan salam sukses......
Sama-sama. senang jika dapat terbatu dengan postingan ane
Hapussalam kenal juga,,sukses pula utk anda
Ini perlu dijaga ya, Mbak. Sungguh penting sekali.
BalasHapusIya bener banget. supaya kebudayaan daerah tak luntur karena modernisasi yg kebanyakan salah arah
Hapusaku pernah sekali kesini... perlu dilestarikan sih yg kaya gini. biar gak hilang :D
BalasHapusBenar mba. Cagar budaya sebagai mediasi agar kebudayaan nasional tetap lestari
HapusAku juga pernah ke sini, malahan naik bebek2an keliling setu nya.... Seruuuu dan anakku bebas lihat dan pegang ondel-ondel
BalasHapusSangat tepat utk rekreasi bersama keluarga, selain kesenangan juga informasi budaya bisa diketahui anak
HapusMenarik juga ya dulu cuma prnh lewat dong
BalasHapusInfo menarik dan boleh sekali dicoba, Makasih buat infonya dan sukses selalu.
BalasHapus