Siapa
yang akan pernah menyangka akan perubahannya, jika Allah sudah memberikan
hidayah kepada seorang manusia maka tak ada satupun yang akan mampu
menghalangi. Mutiara telah melewati perjalanan spiritual yang cukup panjang
hingga akhirnya ia memilih jalan hidupnya sekarang.
Kami saling mengenal
saat di bangku SMA, ia yang saat itu sudah berprofesi sebagai gadis sampul di
sebuah majalah remaja tentu saja menyita banyak perhatian siswa dan siswi
lainnya. Namun, meskipun Mutiara seorang model dan pergaulannya yang cukup luas
ia tak pernah bersikap tinggi hati, ia terbuka dan mau berteman dengan siapa
saja, disamping itu ia pun cukup cerdas serta berprestasi maka tak heran jika
ia menjadi kesayangan para guru.
Dan kini setelah delapan tahun berlalu semenjak kelulusan, tak ada komunikasi dan tak ada perjumpaan kami dipertemukan kembali di sebuah acara seminar. Ya.. tentu saja dengan penampilan Mutiara yang sangat berbeda.
“Assalamualaikum. Alya
kan ?” Mutiara pertama menyapaku
“Wa’alaikumsalam, iya..”jawabku
dengan wajah keheranan
“masih ingat ? Aku Mutiara
teman SMA kamu..”
Aku memperhatikan
wajahnya dengan seksama “Masya Allah..Mutiara !! kamu berubah. Hampir-hampir
aku tidak mengenali” kami pun saling berpelukan melepas rindu antar kawan lama
Sepulang dari seminar,
Mutiara mengajakku untuk singgah di sebuah kedai kopi untuk saling bercerita
dan melepas kerinduan.
“Aku masih penasaran,
apa yang membuatmu berubah seperti ini ?”
“panjang sekali
ceritanya…” Mutiara semakin membuat penasaran
“dipersingkat…”pintaku
“apa yang kupilih ini
adalah hidayah yang tak akan pernah aku sia-siakan. Kehidupan glamour semasa menjadi model di majalah
ternyata membuat eyang putriku di Yogya merasa khawatir, sebelum beliau
menghembuskan nafas terakhirnya beliau ingin sekali aku behijab dan menjadi
wanita muslimah seutuhnya. Tentu saja orang tuaku sangat tidak merestui
terutama mamah, menurut beliau dengan aku berhijab semua prestasi modeling yang telah susah payah aku
rintis akhirnya harus berakhir” Mutiara menjeda ceritanya, ia seperti menahan
sesak kemudian melanjutkan kembali
kisahnya “Yang aku sesali hingga Eyang putri mnghembuskan nafas terakhir, aku
belum sempat berhijab” Mutiara tertunduk
penuh penyesalan
Aku menggenggam
tangannya mencoba memberi kekuatan
“Hingga kemudian sebuah
peristiwa yang hampir merenggut nyawaku membuat aku menyadari, bahwa malaikat
maut bisa menjemputku kapan saja. Apakah aku siap kembali ke sisi-NYA sedangkan
aku masih melanggar perintah-NYA. Keputusanku untuk berhijab dan melepas dunia modeling membuat mamah sangat marah, bahkan
beliau membuang semua jilbab yang sedkit demi sedikit aku kumpulkan. Aku
bersyukur semasa kuliah memiliki teman-teman yang memberikan kekuatan agar aku
tetap istikomah di jalan-NYA. Dan akhirnya waktu jua lah yang membuat mamah
mengerti.” Mutiara bercerita panjang lebar
“Alhamdulillah wa
syukurillah. Aku bahagia sekali mendengarnya. Lalu kesibukanmu sekarang apa?”
Tanyaku
“Aku sedang merintis
usaha butik muslimah, masih kecil-kecilan. Setidaknya kegemaranku mendesign dapat tersalurkan” jawabnya
tersenyum bahagia
“Allah memang telah
merencanakan hal-hal indah kepada umat-NYA yang bertakwa. Tetap istikomah ya..”
ucapku tulus
“mohon doanya ya. Amiin
semoga Allah mengijabahnya. Aku juga sangat berterima kasih terhadapmu, untuk
persahabatan dan pemahaman-pemahaman agama
yang pernah kamu ajarkan terhadapku dulu” Mutiara berujar
# TAMAT #
5 komentar:
Ceritanya baguuuss. Penuh hikmah. Sayang banyak kesalahan tanda baca. :)
HIdayah emang mahal ,,
Terima Kasih sudah mampir untuk membaca. Waah saya senang sekali jika mendapat kritikan yg membangun. Masih belajar untuk bisa menulis lebih baik lagi :)
Bahkan Tak ternilai :)
uuhhh masha Allah saya merinding mbak bacanya.... keren keceh... sukses ya mbak keep fight saya juga ketika itu saya merasa masih bisa berada di atas tanah tapi entah kapan kita akan ada di bawah tanah.....
Posting Komentar