Menikmati khidmat suasana kemerdekaan berpadu bersama keindahan alam yang sungguh sempurna tak pernah terbayangkan sebelumnya. Meskipun tak di pungkiri hari kemerdekaan yang ke #70 tahun ini jatuh tepat dengan libur weekend sehingga gunung dan pantai tak ubahnya pasar, magnet para penikmat alam untuk memeriahkan hari kemerdekaan RI.
Bersama rekan lain, saya menjajaki gunung guntur di Garut Jawa Barat. Memiliki ketinggian 2.249 mdpl bagian dari tiga serangkai gunung di Garut yang di kenal PAGUCI (Papandayan, Guntur, Cikurai) meski paling pendek di banding dua gunung lainnya, Gunung yang mendapat julukan miniatur semeru-nya Jawa barat ini memiliki jalur track yang sungguh tak di bisa di pandang remeh.
Jejak Para Pendaki Menuju Mt. Guntur |
Gunung ini pertama didaki oleh pendaki berkebangsaan prusia – Jerman, Frans Junghun pada tahun 1837. Pada saat itu Junghun memasukkan gunung ini pada golongan gunung – gunung api paling aktif di Jawa. Gunung ini memiliki dua sumber mata air, yaitu sumber air panas yang mengalir ke Cipanas yang kemudian dimanfaatkan sebagai wisata pemandian Cipanas, dan yang satu lagi sumber air dingin yang mengalir ke aliran curug citiis.
Perjalanan di mulai dari gerbang desa Tanjung Kidul, untuk mengehemat stamina dan energi kami satu tim bersepakat untuk menumpang truk pasir dibandingkan harus berjalan cukup jauh melewati kawasan penambangan pasir dengan matahari bersinar terik dan jalan berkelok-kelok. Berada di atas truk pasir pun cukup menjadi tantangan tersendiri lantaran medan jalan yang terjal dan menanjak juga guncangan batu-batu yang di lajukan sopir dengan cukup cekatan. Sebelumnya di pos pendaftaran di kenakan biaya masuk saat itu.
Hampir sampai di titik kesepakatan, truk tidak sanggup di lajukan lagi dan akhirnya daripada memaksakan kami pun turun dan memulai langkah perjalanan menapaki jalur pos pertama menuju curug citiis.Diakui Gunung Guntur cukup gersang dibandingkan gunung tropis pada umumnya, debu udara pun mengiringi perjalanan kami.
Selepas curug citiis, kami naik kearah padang savanna, bukan lagi
jalur hutan seperti sebelumnya. Jadi aliran sungai haruslah berada di
sisi kanan jalur pendakian. Disinilah tantangan dimulai, tanjakan
terjal dan berbatu merupakan jalur yang harus di lewati selepas kawasan
air terjun.
Tidak jauh berbeda dengan kondisi sebelumnya, madan yang lalui
masih didominasi tumbuhan jenis ilalang dan semak serta pepohonan yang kering
merangas tanpa daun. Tampak pula pepohonan yang batangnya hitam seperti
habis terbakar. Dikanan kiri jalur akan terlihat bekas aliran lava
yang telah membeku. Medan pendakian semakin lama semakin menanjak dengan
kemiringan berkisar antara 45 – 75 derajat.Pendakian di siang
hari dengan teriknya sinar matahari, semakin terasakan betapa panasnya
berjalan di punggungan gunung Guntur.
Sedihnya masih terlihat sisa-sisa kebakaran kemarin yang merenggut habis pohon edelweis, dibalik vandalisme masih banyak bertebaran. (rasanya ingin nangis melihat kondisi demikian)
Jalur Kerikil berpasir |
Suatu kekeliruan juga karena kami baru melanjutkan perjalanan sudah menjelang sore, dan naas saya bersama 5 orang rekan lainnya tersesat mengambil jalur yang keliru lantaran track yang kami gunakan jauh dari kata nyaman dan aman. Ada mungkin 3 jam kami tidak bergerak dari lokasi tersebut lantaran hari semakin gelap dan beberapa rekan yang sudah sampai di puncak hendak datang menjemput tapi nyatanya yang kami nanti tak kunjung tiba. Jika saja spotnya datar mungkin kami nekat ingin membuka tenda saat itu, yang membuat kami waswas lainnya adalah kemunculan babi hutan yang saya sudah sering dengar masih berkeliaran di gunung guntur menjelang malam. Hingga kemudian tim Pendaki Paguci lainnya segera menyusul keberadaan kami dan mengarahkan kami menuju puncak 1 bergabung dengan yang lain.
Lewat tengah malam kami tiba juga di puncak satu dengan kepayahan yang sungguh luar biasa. lokasi yang terletak sebelum bibir kawah sudah banyak tenda yang berdiri, benar adanya gunung yang saya peekirakan sepi ini nyatanya tak kalah ramai dengan gunung lain di hari kemerdekaan. Melepas lelah saya segera berisitirahat.
Ketika pagi menjelang dikala sang Surya menyapa dunia, pemandangan semakin terlihat jelas. Keindahan yang sungguh luar biasa akan ciptaan Tuhan tiada tandingNya. Menatap matahari merangkak perlahan terbit berselimutkan samudara awan yang mempesona terhantur rasa syukur akan negeri dan alamnya yang mempesona di tambah moment perayaan kemerdekaan semakin terasa khidmat. Dari puncak pertama ini
dapat terlihat pemandangan kota garut, areal pemukiman, persawahan,
situ bagendit, komplek pemandian Cipanas dengan jelas. Puncak kedua juga
terlihat dengan jelas beserta jalurnya.
Sunrise Puncak satu Mt.Guntur |
Menyanyikan Lagu Kebangsaan |
Waktu turun, ekstra kehati-hatian dan kesigapan mengimbangi beban berat carrier beradu perjalanan kerikil berpasir jika tidak melangkah dengan teknik khusus sudah dipastikan akan jatuh terperosok. Kerikil-kerikil yang masuk ke sepatu kerap kali memberatkan langkah, dan beberapa kali pula harus terjatuh dan menggunakan teknik merosot. Syukur Alhamdulillah tidak sampai membuat celana robek sebagaimana beberapa teman bercerita.
Jalur Turun Mt.Guntur |
Akhirnya, penasaran saya tepercahkan setelah berhasil menapaki langkah di Gunung Guntur. Kembali dalam keadaan baik tanpa kurang suatu apapun kecuali logistic. Agak sedihnya tidak mendapat moment hamparan ilalang pink karena kemarau tapi masih ada satu-dua ilalang yang berwarna pink sungguh cantik, tapi tidak menyurutkan hingga menjadi kecewa lantaran melihat keindahan samudera awan di cakrawala langit pagi.
Tak heran jika ada yang menjuluki gunung guntung sebagai "Sikecil Cabe Rawit" karena jalur dan tracknya yang ajiib.
Tak heran jika ada yang menjuluki gunung guntung sebagai "Sikecil Cabe Rawit" karena jalur dan tracknya yang ajiib.
Pose Bersama di Mt.Guntur |
Terima kasih untuk Angga, Sugeng, Helmi, Regi, Andi, Arif,Rifqy, Udin, Zena, Anggy, Nanda, Indah, Rani, juga Leni atas kebersamaan dan perjalanannya. Bertemu kawan-kawan baru melakukan petualangan.
Saya selalu beranggapan yang naik gunung adalah orang-orang keren yang bersedia mengorbankan banyak hal (biaya, waktu, tenaga) agar bisa menaklukkan puncak-puncak. Kamu juga orang keren, mbak. :)
BalasHapusTerima kasih, tapi rasa-rasanya saya masih jauh dari sempurna. Ini hanya salah satu cara saya mensyukuri,nikmat dan karunia Yang terpampang nyata di kehidupan
Hapusaku belum pernah berminat untuk naik gunung, tapi selalu kagum sama pemandangan di gunung dan agak miris dengan vandalisme dan sampah-sampah yang berserakan (based on internet bukan liat langsung). btw penasaran juga sama ilalang pinknya..
BalasHapusSejak dulu saya selalu suka liat pemandangan gunung..tp takut utk menapakinya,,sampai suatu hari saya coba lawan rasa takut itu utk sx2 merasakannya langsung dan nyatanyanya malah ketagihan :D
HapusSatu dua masih sempat ditemui..jujur itu cantik bagi saya
wah seru juga ya ternyata merayakan kemerdekaan di gunung
BalasHapusSeruuuu..sangat berkesan ^_^
Hapuswah seru ya
BalasHapusSeruu..selain pengalaman berharga yg kita dapat juga banyak hikmah dari setiap langkah perjalanan yg di tapaki
HapusAaduh pengen nyoba deh rasain momen pas kemerdekaan diatas gunung, pasti rasanya gimana gt yaaaa :D
BalasHapusKesan yg tak kan terlupa :D
HapusCoba mas sekali-kali bersahabat dengan alam
Wah kapan ya bisa merayakan momen kemerdekaan diatas puncak :D
BalasHapus#pengen
Ohh ya kalau ada waktu mampir ke blog baru ane ya gan sebagai tanda persahabatan..
Bisa, asal ada niat dan tindakan nyata. segera susun rencana :)
HapusSiaaap meluncur
Moment yang tak kan terlupakan ya Mbak, merayakan kemerdekaan di gunung bersama teman-teman yang lain, dan pastinya seru, soalnya juga dulu saya pernah hiking gitu ya tapi bukan dalam rangka kemerdekaan melainkan dalam rangka acara sekolah yang wajib dilakukan.. ke curug cinulang.. hehehehehehe :)
BalasHapussangat..dan sangat berkesan ^_^
Hapusitu hanya kebetulan saja bertepatan di moment kemerdekaan.
Mungkin karena para wisatawan yang membuang sampah sembarangan juga bisa memancing adanya babi hutan keluar , bener gx mba?heu
BalasHapusjadi pengen ke garut nih , indah pemandangannya :)
Salah satunya benar mas. sebelum nanjak kamipun banyak mendapat wejangan dari warga sekitar :)
HapusSaya pernah dengar kalo garut dpt julukan Swiss Van Java
Assalamualaikum..Mbak Siti...
BalasHapusSayang ya mbak...gunungnya nampak gundul. padahal tergolong tinggi, 2 km lebih
Wa'alaikumsalam warrahmatullah wabarakatuh
Hapussangat disayangkan melihat kondisi gunung saat ini, terlebih di musim kemarau yg berkepanjangan
Seru perjalanannya ya, mba. Makin cinta Indonesia karena banyak alam yang belum dijelajahi, hehe
BalasHapusIya sayapun demikian semakin jauh menapaki sudut tempat di negeri justru semakin jatuh hati akan panorama dan segala keindahannya
Hapuspasti moment ini tak bisa dilipakan ya mbak,hehe secara suasananya pasti beda banget,pasti seru deh bisa ngerayain HUT RI di gunung kek gitu.hehe
BalasHapusYupss jadi moment2 yg sangat berkesan, menjelajahi gunung di moment tertentu memberikan nuansa yg berbeda
Hapuswah saya selalu salut sama para pendaki gunung kalian keren.....
BalasHapusYg keren itu pendaki yg bertanggung jawab, karena sekarang gunung lebih banyak di isi perusak alam. :(
Hapusooo gt y mbak hehe saya malah gak ngeh sama gunung" hehe pizzz
Hapussaya pun demikian lebih banyak tahu dari web :)
Hapus