Cerita perjalanan yang saya lakukan bersama ketiga orang adik saya ditambah dua kawan yang lain pasca lebaran idul fitri bulan juli 2015 lalu. Bandung menjadi tujuan kami, jika saja menggunakan mobil tentu perjalanan tidak memerlukan waktu lama lantaran bisa lewat tol. Namun, perjalanan yang kami lakukan menjadi berbeda di kala menggunakan sepeda motor. Ditambah lagi kami melewati jalur yang tak akan di pungkiri dari kepadatan yupps, lewat jalur puncak.
Notabane masih suasana hari raya, kendaraan hilir mudik lebaran pun padat merayap dan jalan semakin macet parah hingga pada akhirnya kami harus menempuh perjalanan fantastis 12 jam hanya untuk mencapai kota Lembang dari Jakarta. Sebagian orang yang mendengar cerita kami pasti menyalahkan, kenapa tidak lewat jalur Jonggol yang setidaknya bisa menghemat waktu perjalanan. Toh pada kenyataannya perjalanan kami kala itu hanya berdasarkan insting, yang sebenarnya tidak tahu jalan secara utuh (hahahahaah, benar-benar nekat).
Notabane masih suasana hari raya, kendaraan hilir mudik lebaran pun padat merayap dan jalan semakin macet parah hingga pada akhirnya kami harus menempuh perjalanan fantastis 12 jam hanya untuk mencapai kota Lembang dari Jakarta. Sebagian orang yang mendengar cerita kami pasti menyalahkan, kenapa tidak lewat jalur Jonggol yang setidaknya bisa menghemat waktu perjalanan. Toh pada kenyataannya perjalanan kami kala itu hanya berdasarkan insting, yang sebenarnya tidak tahu jalan secara utuh (hahahahaah, benar-benar nekat).
Lelah menempuh perjalanan yang cukup panjang, parahnya lagi kami tak mendapat penginapan untuk beristirahat. Waah, rasa-rasanya letih dan pegal menguasai diri, beruntung kami bisa beristirahat sebentar di balai-balai warung makan kaki gunung tangkuban perahu.
Yaa, tujuan kami adalah gunung tangkuban perahu tempat yang beberapa tahun silam gagal kami kunjungi setelah touring juga dengan motor selama 7 jam lantaran terjadi erupsi kala itu. Menelisik sedikit tentang gunung Tangkuban Perahu yang sangat kental dengan kisah legendaris sangkuriang. Mengapa di namakan tangkuban perahu ? masyarakat sekitar mengaitkan dengan kisah cinta sangkuriang dan dayang sumbi dimana perahu yang telah di buat sangkuriang di tendangnya sehingga membentuk gunung dimana jika terlihat di beberapa sudut seperti perahu telungkub.
Ketinggian Gunung Tangkuban Perahu sendiri mencapai 2.084 meter atau sekitar 6.837 kaki diatas permukaan laut. Gunung tangkubah perahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan. Di antara tanda aktivitas gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunungnya, di antaranya adalah di kasawan Ciater, Subang
Ketinggian Gunung Tangkuban Perahu sendiri mencapai 2.084 meter atau sekitar 6.837 kaki diatas permukaan laut. Gunung tangkubah perahu ini termasuk gunung api aktif yang statusnya diawasi terus oleh Direktorat Vulkanologi Indonesia. Beberapa kawahnya masih menunjukkan tanda tanda keaktifan. Di antara tanda aktivitas gunung berapi ini adalah munculnya gas belerang dan sumber-sumber air panas di kaki gunungnya, di antaranya adalah di kasawan Ciater, Subang
Keberadaan gunung ini serta bentuk topografi Bandung
yang berupa cekungan dengan bukit dan gunung di setiap sisinya
menguatkan teori keberadaan sebuah telaga besar yang kini merupakan
kawasan Bandung. Diyakini oleh para ahli geologi bahwa kawasan dataran
tinggi Bandung dengan ketinggian kurang lebih 709 m di atas permukaan
laut merupakan sisa dari danau besar yang terbentuk dari pembendungan Citarum oleh letusan gunung api purba yang dikenal sebagai Gunung Sunda dan Gunung Tangkuban Parahu merupakan sisa Gunung Sunda purba yang masih aktif. Fenomena seperti ini dapat dilihat pada Gunung Krakatau di Selat Sunda dan kawasan Ngorongoro di Tanzania, Afrika.
Ada tiga kawah utama di Gunung Tangkuban Perahu. Kawah Paguyangan Badak,
berumur kurang lebih 90.000-40.000 tahun lalu. Dalam fase pembentukan
kawah secara geologis, selanjutnya terbentuk Kawah Upas yang ditaksir
berumur 40.000-10.000 tahun lalu. Di fase terakhir, terbentuklah Kawah
Ratu yang berumur 10.000 tahun lalu sampai sekarang.
Kawasan wisata alam ini dibuka dari pukul 07.00 pagi hingga jam 5 Sore, Setelah puas berkeliling mengitari gunung tangkuban perahu, rencana kami sebelumnya adalah melanjutkan ke kawah putih, namun setelah bertanya-tanya lokasi tersebut sangat tidak recomended untuk di tempuh lantaran jaraknya cukup jauh dari Lembang sedangkan waktu kami terbatas untuk kembali ke Jakarta.
Rest area kami adalah SPBU atau masjid yang setidaknya untuk tempat kami singgah dari letihnya perjalanan dan menyusuri masjid Atta Awun, kawasan puncak-Cisarua. Cukup lama kami menghabiskan waktu di tempat ini. Arsitektur masjid Atta Awub terlihat unik, bagian dalam masjid tiga lantai juga terlihat luas dan indah. Kala itupun banyak pula yang singgah untuk sekedar ibadah, istirahat atau bahkan terlelap dalam lelah, masjid ini seakan jadi oase bagi musafir.
Untuk memasuki kawasan masjid ini kita harus menaiki beberapa anak tangga menuju pelataran, sebelum menuju ke masjid utama terlebih dahulu harus membasuh kaki di sebuah kolam kecil dan telah disediakan jasa
penitipan sepatu/sandal dalam masjid. Konsep tempat wudhunya sendiri cukup unik kerana terbuat dari bebatuan. Untuk perempuan maka ruang
sholatnya berada di lantai 2 Masjid Atta’awun, dan untuk laki-laki di di
lantai satu Masjid Atta’awun.
Entahlah, bagaimana mendeskripsikan perjalanan kala itu. Banyak orang akan berfikir mungkin kami hanya melakukan kegiatan sia-sia, melelahkan dan menyusahkan diri saja. Tetapi hikmah yang saya ambil adalah saat bisa melewatkan kesempatan bersama dengan adik-adik saya untuk melakukan sebuah perjalanan. Sebuah moment waktu yang terakhir belakangan sudah sangat sulit kami temui lantaran kesibukan masing-masing.
"Perjalanan jauh yang di isi dengan kebersamaan mesti terasa singkat dan akan berakhir pada masanya, akan selalu menorehkan kebahagiaan dan tetap abadi tersemat dalam kenangan indah kita"
Jadi pingin touring juga. Tapi ma siapa?? Kapan?? :(
BalasHapusCoba mba sekali-kali, sama siapapun mba yg nyaman aja saat perjalanan bisa dengan teman,sudara atau org terdekat :)
HapusAku kok ngeri ya kalau ikutan touring.
BalasHapusLho ngeri knp mba ? selama mematuhi aturan dan perjalanan teratur Insya Allah akan baik2 saja ^_^
Hapuswah merinding bacanya mbak... dalam sebuah perjalanan akan terkenang kenangan yang selalu ingin dikenang kembali...
BalasHapusyuppss..karena sebuah perjalanan akan mengukir cerita yang akan di rindukan nantinya :)
Hapus