Aku hanya merasakan ruang hampa, kelabu
sekeliling berwarna demikian hingga tiba-tiba muncul sesosok pria bersayap
gelap. Ah, aku tidak mampu untuk melihat wajahnya hanya seperti bayang, siluet.
Perlahan sosok itu mendekatiku yang terduduk dalam kebingungan. Wajahnya tetap
tak dapat terlihat selain hanya pancaran sinar. Tapi sayapnya hitam. Diakah
malaikat kematian ? bukan sosok berjubah dengan suatu senjata sebagaimana
penggambaran yang selama ini ku pahami dari film maupun buku.
“Aku bukan malaikat kematianmu. Tugasku
hanya menyampaikan suatu kabar untuk sebuah kesempatan yang akan Engkau jalani”
ujarnya. Suaranya tegas namun terdengar lembut.
“Maksudnya ?” Aku masih di liputi
keheranan.
“Jika kamu di berikan kesempatan kembali
untuk sebuah kehidupan, apa yang akan Engkau perbuat ?”
“Kehidupan ? memangnya aku ada dimana
saat ini ?”
“Engkau berada di suatu dimensi ,
lihatlah..” sosok itu memperlihatkan sebuah bayangan seperti layaknya film dan Aku
melihat tubuhku yang tidak berdaya dengan lilitan kabel-kabel alat medis. Aku
merasakan wajahku terasa panas, aku bisa merasakan air yang berjatuhan dari
sudut mata.
“Ada apa ini sebenarnya ?”
“Engkau mengalami koma, dalam tidur
panjangmu namun ruh mu berada dalam penantian dan kebimbangan. Engkau mungkin
salah satu makhluk yang beruntung karena di berikan kesempatan untuk
memperbaiki segalanya selama 8 hari.”
“Apa ? hanya 8 hari ??”
“Baiklah. Jika Engkau masih merasa
keberatan, tugasku hanya menyampaikan hal ini” Perlahan sosok itu mulai bergerak
terbang ke atas meninggalkan Aku dalam ruang dimensi yang tak kupahami. Sebelum
Ia jauh terbang dan menghilang Aku menyetujui apa yang telah disampaikannya.
“Aku menyetujui apa yang telah kamu
sampaikan” teriakku
Perlahan sosok itu terbang mendekatiku,
ia membawaku pada sebuah pintu dengan sinaran yang menyilaukan.
“Masuklah dan manfaatkan kesempatan yang
tersisa”
Perlahan aku membuka mataku, sakit karena
kabel-kabel ini masih melilit di tubuhku. Ibu yang tertidur di samping
ranjangku terkesiap, rona bahagia dan syukur terpancar dari wajahnya. Ia segera
memanggil dokter dan secara cepat pasukan tim medis itu segera memeriksa
kondisiku.
Tim medis menyatakan suatu mukjizat akan
diriku yang kemudian tersadar dari koma yang berkepanjangan. Bahkan aku di izinkan
kembali ke rumah, karena setelah siuman itu tiada lagi tanda-tanda yang
menyebabkan aku roboh dan koma.
Dengan lembut ibu memapahku menuju ruang
tidur, rasanya rindu sekali sudah lama tidak menempatinya. Ketika Ibu keluar
dari kamar, aku dikejutkan dengan sosok asing berperawakan sama seperti yang
aku lihat di ruang hampa yang tidak ku ingat secara keseleruhannya. Namun sosok
itu tanpa sayap, tetap saja tak dapat terlihat wajahnya dengan jelas. Ia
mendekatiku dan berbicara sesuatu, Aku mencoba berteriak memanggil Ibu namun
Dia menahanku.
“Ingat. Waktumu hanya sebentar,
manfaatkan sebaik-baiknya. Percuma saja Engkau berteriak, karena hanya Engkau
yang dapat melihatku di sini. Aku hanya membantu mengawasimu. Jika Engkau
berbuat satu saja kekeliruan maka kesempatan 8 hari itu tak akan pernah datang lagi” Dia memperingatkan.
8 hari itu bukan waktu yang lama
dapatkah aku memperbaiki segala kesalahan yang pernah terjadi ?. Baiklah
dimulai dari ibadahku yang selama ini tidak teratur dan kadang lalai, Aku
merasakan kekhusyu’an yang lebih dalam ketika Kusadari bahwa kematian bisa
datang kapanpun, lebih dekat bahkan dari urat leherku. Taubat dengan
sungguh-sungguh menjauhi apa yang dilarang-Nya dan mentaati segala
perintah-NYA. Kepada DIA segala pemilik kehidupan.
Tak pernah terbayangkan rasa bimbang
yang dirasakan di kala Engkau justru tahu batas sisa umurmu. Bukan sekedar
diagnosa dokter semata yang kala meleset. Ketika akan tiba masa tak lagi dapat
bersentuhan dengan orang-orang yang kamu sayangi, menatapnya serta melihatnya
tersenyum bersamamu akan menjadi suatu harapan yang tidak ingin untuk ada kata
akhir. Menjalani sisa kehidupan dengan hari-hari bersama orang yang di sayangi,
keluarga anugerah harta tak ternilai yang pernah di miliki dalam kehidupan.
Memaafkan orang yang pernah menyakiti
dan meminta maaf kepada mereka yang mungkin terlukai. Manusia hidup di dunia
tak akan pernah lepas dari khilaf serta kesalahan. Setidaknya itu yang akan
membuat jalan di alam berbeda nanti lebih di mudahkan.
“Waktumu tidak kurang dari 3 hari lagi.
Apa masih ada yang ingin Engkau lakukan ?” tanya sosok itu
“Aku ingin melihat alam yang indah ini
sebagai wujud rasa syukur bahwa aku pernah ada di dunia dengan pesona keindahan
ciptaan-Nya” pandanganku menerawang
“Lakukanlah..apa yang Engkau ingini”
“Tapi, mana mungkin. Waktuku begitu
singkat”
“Kemauan yang kokoh akan membawamu ke
tempat yang Engkau ingini. Bukankah Engkau pernah membaca sebuah kisah, di kala
seorang yang berpenyakit parah dan diagnosa dokter memperingatkannya untuk
beristirahat total. Namun ia menghargai sisa usianya yang menurut diagnosa
sangatlah singkat, tetapi orang tersebut melanggar perintah dokter dengan
mewujudkan harapan dan inginnya. Hingga kemudian diagnosa dokter tersebut
meleset dan orang tersebut memiliki kesempatan lebih untuk menjalani hidupnya.”
Pada hakikatnya sebuah penghargaan untuk
nikmat hidup yang di berikan adalah rasa syukur atas apa yang telah ada saat
ini. Tuhan telah mengaturnya dengan sempurna sejak ruh di tiupkan dalam
kandungan dalam rahim seorang ibu.
Menyambut kematian dalam khusnul
khatimah tentu menjadi impian setiap insan di dunia, di sekelilingi orang-orang
terkasih yang harus rela melepas kepergianmu namun tidak untuk melupakanmu.
21 komentar:
hidup dan mati seperti dua mata koin yang berhadapan. keduanya tidak bisa bersamaan. hidup menuju mati dan mati untuk kembali hidup di lain alam
Ngga' berani membayangkan, kematian=kepastian.
tidak ada yang pasti di dunia ini kecuali mati. dan semoga kelak saat Dia memanggil kita kembali, kita dalam kondisi khusnul khatimah ya mbak. Aamiin.
@Penovediah
mati adalah sesuatu yang pasti yah Mbak Siti, semoga kita menjadi orang-orang yang meninggal dalam keadaan khusnul khotimanh, amin..
Nyentuh banget kak
merinding mbak. somehow we will die.
Aku jadi ingat sebuah film tentang gadis yang divonis meninggal dan harus banyak beristirahat. DIa ingin melihat dunia sebelum meninggal, mengabaikan perintah dokter. Pergi ke satu tempat setara dgn seluruh dunia jika waktu hidup tak banyak. Dia memang meninggal, tetapi dia bahagia dan serasa menggenggam dunia.
Nice post, nice cerpen juga. Bida dilanjut sampai benar2 tuntas
Jadi, apa yang dilakukan Si Aku ini? Penasaran
cerpennya bikin merinding, jadi inget bahwa kematian bisa datang kapanpun tanpa pernah kita sadari.
di tunggu kelanjutannya ya kak
Terimakasih tulisannya Mba, Melimpah berkah segala urusannya,, aamiin
Iya semua saling terkait
Tapi kita tetap harus mengingatnya :)
Amiin, ya..Allah. Semoga kita kembali dalam keadaan yg di ridhaiNYA
Amiin, tentu itu menjadi harapan bagi setiap muslim
Terima kasih semoga bisa menjadi renungan
Rahasia ilahi seperti apa nanti caranya
sengaja dgn ending yg sedikit gantung untuk memberikan kesempatan pembaca mengasumsikan sendiri. saya pernah baca beberapa buku dg jenis seperti ini pun di favoritkan :)
Pembaca berhak mengasumsikan ending apa yg di harapkannya :)
Terima kasih utk apresiasinya, masih banyak kekurangan sebenernya karena sempat hiatus menulis cerpen
sama2 mba, sukses utk GA-nya
insha allah bisa semakin baik kalau terus mengingat kematian yang sudah dekat ini.. amiin
Posting Komentar