Jalur Sembalun Rinjani |
Melanjutkan cerita perjalanan sebelumnya (KLIK DISINI) , melalui jalur
sembalun pendakian menapaki setiap jejak di Rinjani pun di mulai. Dari gerbang
pendakian, kami melanjutkan perjalanan dengan jalan kaki menuju pos 1, jalurnya di dominasi padang hijau berbukit dengan kontur yang naik
turun. Sepanjang mata memandang di suguhi panorama keindahan savana, hanya saja agak jarang pohon sehingga susasana perjalanan begitu panas.
Setibanya di pos 1 kami rehat beberapa saat, meskipun
perjalanannya cukup bersahabat perjalanan yang cukup panjang, membuat lelah tak
terelakan. Melanjutkan kembali
perjalanan hingga tiba di pos 2, yang sebagian besar sudah banyak wisatawan
asing beristirahat. Tim kami pun membuka flysheet dan mengisi energi dahulu
dengan makan. Di pos 2 terdapat sumber air tepat di bawah jembatan, tetapi
tidak layak diminum langsung karena agak berbau, biasanya di gunakan untuk
keperluan masak memasak, pun kalau dengan sangat terpaksa meminum biasanya kami
mencampur dengan serbuk minuman rasa.
Setelah cukup beristirahat dan mengisi energi, perjalanan
dari pos 2 dilanjutkan menuju pos berikutnya. Tracking sudah mulai cukup
berat, tanjakan terus dan sedikit bonus. Sebenarnya yang membuat terasa berat
karena sudah bisa melihat jalur dari pos 2 menuju pos 3, rasanya dekat di mata
tapi jauh di kaki, sambil terus berjalan dan beberapa kali break, kami tiba di
pos 3. Sempat melihat jam di ponsel yang tidak menjdapat sinyal jaringan waktu
sudah menunjukan pukul 3 sore waktu setempat. Sebelumnya jika tiba lebih awal
lagi berencana untuk buka tenda di pelawangan, namun setelah banyak
pertimbangan akhirnya camp pertama kami di pos 3 Pada Balong dengan ketignggian
sekitar 1.807 mdpl.
Camp. Pos 3 Sembalun |
Hari ke-2 di Rinjani
Pagi yang dingin, hal paling menyenangkan ketika berpadu
bersama alam adalah di sambut pagi dengan pemandangan natural yang menyejukan mata
dengan perbukitan yang nampak kehijauan. Re-packing, bersiap menuju pelawangan
Sembalun, setelah charge energi dengan makan pagi. Beruntungnya kami sudah
berjalan saat matahari belum terlalu terik, tapi tetap saja rasa lelah merajai.
Cuacanya pun kerap tak menentu, kadang panas dan kadang nampak mendung.
Yup, pada akhirnya kami harus melewati tanjakan berbukit
yang seakan tak berujung hingga tak heran di namakan sebagai bukit penyesalan
dengan kemiringan yang cukup ekstrim dengan kondisi jalan yang sangat berdebu.
Saya tidak tahu persis berapa real total bukit tersebut ada yang mengatakan berjumlah 7 tapi ada juga yang menyebutkan sampai 9, Saya hanya menikmati
perjalanan saja yang memang tidak gesit, dan sesekali harus istirahat.
Saya pernah membaca di sebuah situs pendakian bahwa Rinjani
adalah salah satu gunung dengan jalur pendakian terindah di Indonesia. Dan
ya..Saya mengerti mengapa hal tersebut di nobatkan pada Gunung Cantik Anjani
ini. Selain track yang maha dasyat menjelang dekat pelawangan, dengan jalur
akar menanjak tapi selain itu ada juga ladang edelweise yang banyak sekali.
Sayang sekali saat kesana banyak pohonnya yang tidak mekar dan nampak kering.
Salah satu jalur menuju pelawangan |
Summit Attack (Menuju hari ke-3)
Pukul 01.30 dini hari waktu setempat, langit kelam dengan
hembusan angin yang bertiup serasa menyerang ke sendi-sendi tulang. Berdoa
bersama, selangkah demi selangkah menapaki jalur pendakian dengan
tanjakan-tanjakan yang curam dan berdebu. Trackingnya berupa pasir, batu serta tanah dan jangan harap bisa bertemu pohon atau pegangan sepanjang jalur.
Ya..tongkat atau tracking pole memang cukup membantu dengan medan seperti itu.
Hampir di sepanjang perjalanan ke Rinjani saat itu, Saya
lebih sering menemui para wisatawan asing dan dengan keramahannya mereka pun
mau saling sapa. Salut dengan semangat mereka jauh pergi dari belahan bumi
lainnya hanya untuk bisa menikmati keindahan panorama negeri Khatulistiwa
Indonesia ini, kita patut berbangga dan menjaga kelestarian alam negeri.
Letter E Puncak Rinjani |
Sunrise Rinjani |
Saya percaya, keteguhan dan kesabaran serta pantang menyerah
itu yang pada akhirnya akan membawa kita mewujudkan mimpi. Seperti halnya
filosofi kehidupan dan seperti itulah Saya mengibaratkan sebuah pandakian.
Ketika berhasil menginjakan kaki di Puncak gunung berapi tertinggi ke dua
Indonesia itu tak ada yang mampu Saya ikrarkan Selain “Allahuakbar..Subhanallah
dan Alhamdulillah, akhirnya Saya berhasil mewujudkan mimpi dan berdiri di ketinggian
3.726 mdpl ini.”
Summit Attack Rinjani |
Terlepas dari itu Saya tak bisa berhenti bersyukur
menyaksikan samudera awan diatas
samudera mungkin istilahnya, melihat sekeliling kaldera Rinjani membuat Saya
semakin menyadari hakikat seorang manusia tak ubahnya buih di hadapan segala
ciptaan-Nya.
Perjalanan turun dari puncak Rinjani pun bisa di bilang
tidak mudah, benar-benar dibutuhkan kehati-hatian ekstra. Semakin siang
debu-debu pasir akan semakin membuat sulit perjalanan karena menghalangi pandangan.
Trik untuk melalui medan berpasir seperti itu adalah dengan ikuti alur pasir. Injak
saja pasir menggunakan tumpuan tumit, ikuti gerakannya secara fleksibel tidak
usah terlalu buru-buru karena resiko tersungkur bisa terjadi.
Saya tida terlalu memperhatikan durasi waktu kala itu cuma jika
Saya memperkirakan harusnya belum lewat tengahh hari, tetapi sesampainya di
tempat camp beberapa pendaki lain sudah beralih dan hanya tinggal tenda kami saja
yang masih berdiri.
Tidak banyak waktu untuk beristirahat, karena kami juga
harus mengejar perjalanan berikutnya menuju danau sagara anakan. Meskipun
nampak terlihat dekat dari pelawangan, pada nyatanya jarak tempuh dan waktu
yang dibutuhkan menuju ke sana bisa mencapai 3-4 jam.
-To Be Continue -
-To Be Continue -
Dini hari yg dingin ini, w serasa ikut mendaki....akhhhh pengen bgt liat edelweiss....
BalasHapusSenangnyaaa..jika tulisan Saya bisa mewakili..klo boleh saran..jgn sekali2 hiking klo ga mw ketagihan :D
HapusEh, tp di bromo dan dieng bnyk juga sih yg jual edelweis hasil budidaya
Luar biasaa!! salah satu cita2 saya yg belum kesampaian adalah naik gunung, wonderful Indonesia,
BalasHapusIndonesia banyak tmpt2 Indahnya. Mungkin suatu saat berkesempatan Mba
HapusPengeeeen, tapi kebayang ngos2annya secara aku jarang olahraga huhuhu. Kalau bawa anak mungkin lebih rempong ya? XD
BalasHapusSayapun demikian :D
HapusTp nda tau rasa penasaran lbh menguasai hasrat hiking jg pada akhirnya.
Lbh riweh sih tp saat ini udah mkn bnyk hiking keluarga
patut masuk 7 wanita tangguh versi on the pos...kalo saya pasti udah ga kuat hihi maklum jarang olahraga
BalasHapusHahaha...masirwin berlebihan
HapusMsh bnyk yg jauh lbh tangguh dari Saya
Duhhh, pengen ngerasain naik gunung. selama ini masih tinggal harapan ajaa :(
BalasHapusLebih diniatkan dan dijalankan :)
HapusAku smpt k sana cuma gk smp naik k ataa
BalasHapusMungkin next time Mba
HapusCewek suka naik gunung, keren
BalasHapusdan dalam otakku langsung bilang, cewek seteronggg
aku kalau naik gunung wes bye bye syantiek lah
wong ggdibolehin sama ortu dan suami..hehehe
*cewekmanjasukangemall
Heheehh...hanya pencinta dan penikmat alam Mba ^_^
HapusSaya suka mbaca kisah2 pendaki gini mb. Sesuatu yang nggak sempat saya lakukan pas muda. Sblm nikah, jaman kuliah..ortu pasti nggak bakal ngijinin untuk hal2 seperti ini. Sekarang...udah ada para bocil. Mungkin klo anak2 sudah besar. Tapi saya udah tua dong☺☺ ya sudahlah...mbaca aja cukup.
BalasHapusSemoga tulisan ini bisa mewakilkan ya Mba..alam Indonesia banyak yg indah bukan sekedar gunung saja, jadi nikmati dan jaga keleestariannya :)
HapusMeski dari puncak tak melihat danau segara anakan, semoga perjalanan berikutnya ke danau segara anakan lancar ya, Mbak.
BalasHapusAlhamdulillah lancar..akan Saya tuliskan di post berikutnya ^_^
HapusKeren banget udah sampai Rinjani. Aku ke Lombok main di pantai aja, heheh
BalasHapusKeren mbak bisa sampai puncak Rinjani :D
BalasHapuswuh dari dulu mupengnaik rinjani yang katanya viewnya ajib itu, selama ini cuma dari katanya katanya mulu :3
BalasHapus