Beberapa tahun silam, media cetak seperti koran, majalah dan tabloid pernah mengalami era kejayaannya. Namun, seiring waktu berjalan ketika digital kian merajai, tak dapat dipungkiri beberapa diantaranya terkena dampak dan tidak mampu bertahan di tengah persaingan hingga akhirnya tidak sedikit yang harus 'gulung tikar'.
foto bersama kunjungan redaksi (Doc.Mba Helena) |
Dari sekian banyak redaksi yang memberhentikan produksinya, lain halnya dengan Majalah UMMI. Sebagai media wanita muslimah, sampai saat ini UMMI mampu bertahan selama kurang lebih 28 tahun. Hal tersebut tak terlepas dari pelanggan setia yang loyal dari pertama berdirinya sejak tahun 1989. Berorientasi terhadap pembahasan mengenai keluarga, Majalah UMMI mengangkat tema yang dekat dengan kehidupan sehari-hari. Seputar kehidupan berumah tangga antara suami dan istri sampai perjodohan, pun artikel tentang orang tua dan anak, berbagai inspirasi serta informasi. Di setiap edisinya terdapat sisipan bacaan yang layak dan diperuntukan untuk anak-anak.
Saya merasa cukup beruntung memiliki kesempatan untuk mengunjungi redaksi Majalah UMMI yang beralamat lengkap di Jl. Mede No.42, RT.6/RW.8, Utan Kayu Utara, Matraman, Kota Jakarta Timur, DKI Jakarta 13120. Disambut hangat oleh para redaktur dengan kehadiran kami dari Komunits Blogger, Ibu Meutia Geumala sebagai pemimpin redaksi membuka sesi acara yang dilangsungkan di ruang meeting redaksi. Beliau menceritakan sepak terjang Majalah UMMI dari awal penerbitan dimana semula di gerakan oleh para aktivis kampus yang merasa membutuhkan sebuah media untuk menyuarakan dan menuangkan ide dengan tujuan dakwah. Sekitar tahun 1994 Majalah UMMI dan Annida bergabung hingga kemudian menjadi bacaan favorite masyarakat.
Ibu Meutia & Uni Via (Doc.pri) |
Dalam pertemuan yang berlangsung pada 21 Maret 2017 itu, hadir juga Mba Istimaimtunah sebagai Sekretaris Redaksi, Mba Ami di posisi Redaktur Pelaksana, Mba Aida sebagai reporter, Mba Shinta Dewi sebagai redaktur UMMI Online dan Mas Didi Muhardi yang posisinya sebagai redaktur harian pun bertindak pula sebagai fotografer serta editor. Untuk saat ini jumlah redaktur Majalah UMMI sekitar lima orang dengan penempatan bagian di versi cetak sekitar dua orang dan tiga orang untuk versi online.
Redaktur Ummi (Doc.Pri) |
Redaksi Majalah UMMI tidak menutup mata terhadap perkembangan teknologi, hingga kemudian di sekitar tahun 2014 terbitlah Ummi versi online. Perbedaan mendasar sistem kerja redaksi cetak dan online adalah update kecepatan informasi. Dimana versi online update postingan dilakukan setiap 30 menit sekali dengan target 10 artikel perhari. Kriteria artikel di UMMI online biasanya membuat judul menarik dan lebih spesifik, umumnya berbentuk tips, mengikuti arus informasi yang sedang ramai menjadi perbincangan. Sedangkan untuk versi cetak, biasanya yang dimuat adalah tulisan sesuai dengan rubrik yang telah ada, tetap update dengan informasi yang masih ramai menjadi pembahasan, dengan pengecekan yang lebih rinci dan detail.
Dalam perjalananya, sudah ada beberapa pembenahan manajemen dan SDM. Dilakukan Evaluasi hingga ke jaringan distribusi. Rutin mengadakan pertemuan dan survei, membuat perencanaan yang matang dengan tidak menghilangkan visi dan misi yang telah ada. Pun dilakukan berbagai pengembangan seperti design hingga kreatifitas konten.
Beberapa edisi Majalah Ummi (Doc.pri) |
Tertarik untuk mengirim tulisan ke redaksi UMMI ? beberapa kiat disampaikan yakni cobalah membuat artikel dimana rubriknya tidak banyak orang yang mengirim artikel, setidaknya peluang lebih terbuka contohnya cerbung, konsultasi dan kolom Ayah. Usahakan mengirim artikel yang memiliki sedikit kesalahan, hindari typo dan tanda baca. Pemilihan Cover pun diperhatikan cukup detail, tetap harus melalui rapat redaksi dan kesepakatan. Biasanya adalah public figure yang memiliki reputasi baik di mata masyarakat, bebas dari gosip, sosok inspiratif dan untuk wanita muslimah tentu saja yang diutamakan yang berjilbab. Proses pemotretannya pun di rancang sesimple mungkin menyesuaikan situasi dan kondisi.
pengenalan Waqaf Qur'an (Doc.pri) |
Redaksi Ummi juga memiliki program waqaf Al Quran yang membuka kesempatan kaum Muslim untuk turut berkontribusi dengan menyisihkan uang kurang lebih Rp 150.000, maka sudah mendapatkan satu buah Al Quran Ummi serta alat perlengkapan sholat yang akan di didistribusikan kepada yang membutuhkan.
kunjungan redaksi (Doc.Ria Buchari) |
Wah, asyik sekali dapat ilmu berharga dari majalah Islam yang umurnya sudah lama.
BalasHapusPengin suatu saat tulisan saya dimuat di Ummi. Kalau cerpen dan cernak serta Nuansa Wanita di Ummi berarti banyak yang ngirim tulisan ke sana ya :D
BalasHapusBerkunjung ke kantor redaksi Ummi serasa mengunjungi keluarga sendiri ya.. Ini pertama kali saya rasakan kantor yang homey dan ramah anak �� Sukses terus tuk Ummi.
BalasHapusSeru ya, semoga bisa ikut lagi di PEM episode berikutnya ya Siti :-D
BalasHapusWah, salut ma majalah Islam Ummi yang tetep eksis hingga kini
BalasHapusWwah seru ya mbak Siti. Gak nyangka ternyata orang-orang dibelakang layar majalah ummi bener-bener mereka yang istiqomah ya mbak.
BalasHapusKeren programnya, ada waqaf quran juga. Cara waqafnya lewat mana ya? Waktu dijelasin yang ini, Sid minta turun
BalasHapusKeren mbakkk.. Semoga saja selalu dalam istiqomah ya orang2 yang dibelakang yang mempelopori majalah ummi..
BalasHapusSenang sekali ada media yang masih bertahan dengan jalur yang sudah dipilih sejak awal dikala semua media sudah ditunggangi partai :D
BalasHapusAnnida aku pernah baca, isinya bagus.
BalasHapus