Indonesia tak hanya kaya akan kelesetarian alam, unsur budaya tetapi juga khasanah legenda dari setiap daerahnya. Mulai dari Malin Kundang Sumatra Barat hingga kisah si Mananamakrdi dalam cerita asal muasal nama Irian. Hampir di setiap beberapa wilayah yang saat ini kerap dijadikan sektor wisata menyimpan sebuah kilas balik legenda yang diceritakan para tetua.
Cakrawala Samudra Awan Mt.Slamet (Doc.Pri) |
Namun, yang cukup termahsyur adalah cerita perjalanan seorang penyiar agama Islam dari Turki yang juga merupakan seorang pangeran bernama Syeh Maulana Maghribi, masyarakat menyebut beliau sebagai Mbah Atas Angin karena datang dari negeri yang jauh. Perjalanannya diawali dari Gresik pada abad ke 13.
Disuatu hari, usai menunaikan shalat subuh, Syeh Maulana melihat seberkas cahaya menjulang tinggi dari kejauhan, diliputi oleh rasa penasaran bersama abdinya bernama Haji Datuk, serta ratusan pengawal kerajaan. Mereka berlayar menyusuri ke arah sumber cahaya misterius tersebut, kala itu berada di arah barat hingga tiba di Pantai Pemalang - Jawa Tengah.
Beliau terus melangkah, dengan tidak melupakan tujuan awalnnya menyebarkan islam ke berbagai tempat, cahaya itu masih jauh dari pandangan, akhirnya Syeh Maulana meminta para abdinya untuk kembali ke Turki dan membiarkan Ia berkelana bersama Haji Datuk menemukan tujuan mereka. Terus berjalan hingga ke arah selatan dengan berjalan kaki, ketika melewati daerah Banjar tiba-tiba saja Syeh Maulana mengalami sakit gatal-gatal disekujur tubuhnya dan sulit disembuhkan.
Beliau tetap sabar dan ikhlas menerima sakit yang menderanya, dengan segenap ketakwaannya Syeh Maulana tak sedikitpun meninggalkan kewajiban beribadahnya, baik yang wajib maupun yang sunnah. Hingga di suatu malam, seusai menunaikan shalat Tahajud, Syeh Maulana Maghribi mendapatkan ilham untuk melakukan perjalanan ke Gunung Gora.
Bersama Haji Datuk, beliau mencari jawaban dengan melakukan perjalanan kesana. Setibanya di lereng Gunung Gora, Syeh Maulana meminta abdi setianya itu untuk meninggalkannya dan menunggu di tempat yang mengeluarkan kepulan asap. Ternyata lokasi itu merupakan sumber air panas yang memiliki tujuh buah pancuran. Kemudian, Syeh Maulana Maghribi memutuskan untuk tinggal sesaat di daerah tersebut, Beliau menggunakan sumber air panas tersebut sebagai penyembuhan dengan menggunakannya untuk mandi secara teratur.
Atas seijin Allah, penyakit gatal yang mendera syeh Maulana pun akhirnya sembuh total. Desa yang memiliki pancuran tujuah itu, kini dikenal dengan nama Batu Raden. Hal ini dikaitkan dari julukan abdi sanga raja yang setia dan jika di terjemahkan dalam bahasa jawa Batur Kang Adi. Syeh Maulana mendapat kesembuhan penyakit gatal dan keselamatan di lereng Gunung Gora maka beliau mengganti namanya menjadi Gunung Slamet.
Masyarakat setempat pun mempercayai jika Gunung Slamet memberikan perlindungan. Menurut sebuah ramalan kuno, jika Gunung ini meletus artinya bencana besar akan terjadi dan membuat Pulau Jawa terpecah menjadi dua bagian sama besar. Letaknya yang hampir tepat ditengah-tengah antara batas pantai utara dan pantai selatan, serta dikelilingi setidaknya 5 wilayah kabupaten yang berbatasan langsung (Brebes, Tegal, Pemalang, Banyumas, Purbalingga) dan 2 wilayah yang tidak langsung (Kabupaten Cilacap dan Kota Tegal) dimana jika di lihat di peta akan membentuk suatu garis lurus yang membelah pulau jawa.
Dari sisi vulkanologi, Gunung Slamet termasuk dalam gunung tipe kerucut dengan kadar letusan besar sebagaimana yang dimiliki krakatau. Letusannya akan melontarkan lava pijar dan materi lain ke udara hingga risiko terbesar adalah munculnya awan panas, hujan material hingga bom vulkanik.
Summit Mt.Slamet (Doc.Pri) |
Baca Juga : Cerita Perjalanan Gunung Slamet 3.428 MDPL
Terlepas dari benar atau tidaknya legenda di sebuah wilayah, pada hakikatnya menyiratkan pesan moral yang baik. Seperti kisah Syeh Maulana Maghribi yang mencerminkan ketakwaan seorang hamba pada Tuhannya, ikhlas dalam menerima setiap cobaan dan gigih untuk mencapai tujuan.
Terlepas dari benar atau tidaknya legenda di sebuah wilayah, pada hakikatnya menyiratkan pesan moral yang baik. Seperti kisah Syeh Maulana Maghribi yang mencerminkan ketakwaan seorang hamba pada Tuhannya, ikhlas dalam menerima setiap cobaan dan gigih untuk mencapai tujuan.
"Tulisan ini diikutsertakan dalam lomba blog Legenda Pariwisata Jawa Tengah 2017 Yang diselenggarakan oleh Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata Provinsi Jawa Tengah"
Aku suka legendaaaa. Hahahaha. Dibilang generasi mitos juga bodo amat. Aku sukaaa cerita-cerita kek gitu.
BalasHapusakupun demikian. suka sama cerita seputar dongeng, legenda dan fiksi :D
HapusPerjalanan yang seru, Mbak. :D Udah dari tahun lalu pengen naik gunung. Tapi waktunya masih belum dapat.
BalasHapussemoga segera mendapat kesempatan ya Mba
HapusYang aku ingat dr seorang teman yang pernah mendaki gunung Slamet..katanya gunung ini angker. Bener nggak mb..?
BalasHapussemua lokasi alam punya cerita misterinya sendiri sih mba ;)
HapusWah jadi tahu tentang sejarah gunung slamet.
BalasHapussemoga tercerahkan ^_^
HapusWeh kalau dari rumah saya cukup jauh tuh
BalasHapustp bukan berarti ga bs ditempuh :)
HapusHooo jadi ada hubungannya dengan kisah Syeh Maulana Magribi toh.
BalasHapusmsh agak rancu sih Mba. karna ada yg mengaitkan dg kisah pewayangan
HapusMbaaa km keren banget sih ketahanan fisik nya bisa mendaki ke berbagai gunung
BalasHapussaya hanya suka menikmat keindahan alam aja Mba Ruli :)
Hapusitu gunung mitos apa gak si? kata nya 3 S ( Slamet, Sumbing, Sindoro ) karena berada pada segitiga gitu, jadi kalo udah naik slamet harus naik sindoro sama sumbing gitu
BalasHapusya..saya kurang paham. yg saya pernah dengar sindoro sumbing berhubungan dg tokoh kembar. tp kurang lengkap informasi yg didapet
Hapus