Ilustrasi (sumber gbr: pixabay.com) |
Beberapa waktu lalu, netizen digemparkan oleh tindakan bunuh diri yang disiarkan langsung melalui akun facebook pribadinya. Apa reaksi masyarakat luas ? geram dan tidak habis pikir dengan tindakan tersebut. Di Indonesia sendiri sering dijumpai kabar, informasi dan berita seputar kasus bunuh diri, apa muhasababnya ? berbagai faktor bisa menjadi pemicu, namun yang pasti tindakan demikian merupakan puncak dari depresi berkepanjangan dan tidak berkesudahan.
Depresi merupakan gangguan psikologis yang mempengaruhi mood serta semangat ditandai dengan kehilangan minat untuk melakukan kegiatan yang disenangi, kehilangan energi untuk melaksanakan kegiatan rutin serta rasa sedih berkepanjangan dan berlarut-larut. Depresi tidak memandang pekerjaan, tingkat sosial bahkan usia. Menurut data, depresi di usia anak sudah banyak ditemui, bisa disebabkan oleh kurang perhatian dari keluarga, rasa kesepian bahkan tindakan pembullyan yang kian marak terjadi dikalangan pelajar.
Pada tanggal 07 April diperingati sebagai hari kesehatan dunia, untuk tahun 2017 ini WHO mengangkat tema seputar depresi. Adapun hal tersebut untuk mensosialisasikan kepada masyarakat luas agar gejala depresi yang mulai terlihat seperti ketika merasa tidak berharga, rasa bersalah berlebihan, putus asa, perubahan nafsu makan, kurang atau berlebihan tidur, gelisah, kurang konsentrasi, mulai ragu bertindak atau rasa kurang percaya diri, ingin menyakiti diri sendiri, bahkan adanya keinginan bunuh diri harus segera ditindak lanjuti dan diperlukan perhatian khusus.
workshop hari kesehatan dunia (Doc.pri) |
Senada dengan yang disampaikan narasumber sebelumnya, dr Eka Viora, SpKJ, Kepala Pusat Intelegensia Kementerian Kesehatan RI menyatakan seseorang dengan depresi butuh support, terkadang gejalanya tidak mudah dikenali dan hapus stigma yang ada, pahami dan mulailah bicara. Pencetus depresi bisa disebabkan akibat kehilangan orang yang dicintai, menderita penyakit fisik pahitnya pengalaman hidup, ketidakmampuan ekonomi dan masalah yang disebabkan oleh alkohol maupun penggunaan narkoba.
Pada orang yang mengalami depresi mengakibatkan sistem kekebalan menurun dan berujung pada kerusakan. Kadar andrenalin dan hormon diadalam tubuh mengalami sinkrosisasi diatas normal yang menyebabkan kemunculan gangguan-gangguan penyakit lainnya seperti diabetes, tekanan darah tinggi, kanker, gangguan saluran pencernaan, pernapasan hingga penyakit Jantung, bahkan penyakit artistis yakni kerusakan jaringan dan saraf yang menyebabkan gerakan tubuh menjadi sulit juga menyakitkan.
Narasumber berikutnya adalah perwakilan dari WHO Indonesia mengingatkan bahwa depresi adalah penyakit, bukan kelemahan kepribadian yang sebenarnya dapat dicegah dan disembuhkan. Menurut survey WHO, depresi menjadi penyebab bunuh diri terbesar ke-2 di dunia pada anak remaja ujia 15 - 29 tahun. Saat depresi muncul tetaplah berjuang, karena itu bisa di pulihkan dan akan selalu ada harapan. Bicaralah dengan orang yang dapat dipercaya seperti keluarga, sahabat atau jika sekiranya tidak membantu bisa konsultasi ke pakar kesehatan psikolog, psikiater atau perawat jiwa.
Pembicara berikutnya adalah Ibu Nuryana Yirah perwakilan Motherhope Indonesia. Beliau berkisah tentang masa-masa sulit yang dialaminya sebagai seorang wanita, dimana harus mengalami duka akibat kehilngan calon bayinya dalam kandungan setelah usia kelahiran harusnya tiba. Depresi berat dialaminya hingga sering berhalusinasi akan bayi dalam buaian yang padahal tidak ada.
Kian waktu atas dukungan suaminya, beliau bangkit sampai kemudian bisa hamil kembali dan bisa melalui kelahiran putri cantiknya secara caeaar. Namun, episode kesedihan belum berhenti. Dimana ASInya tidak dapat keluar, sehingg terpaksa memberi susu formula kepada bayinya. Fatalnya sang bayi ternyata alergi terhadap susu formula, berbagai dampak negatif mulai muncul. Ibu Nuryana kembali dilanda depresi atas rasa bersalah yang amat besar belum lagi stigma negatif orang sekelilingnya yang menyatakan beliau di tempeli jin bahkan di paksa untuk ruqiyah. Puncaknya Ibu Nuryana hampir melakukan tindak bunuh diri bersama bayinya, bersyukur hal tersebut dapat dicegah oleh orang-orang yang masih perduli terhadapnya.
Sampai kemudian Ibu Nuryana tergabung dalam komunitas MotherHope Indoensia nonjudgemental yang memberikan support secara sosial dan mendukung ibu mendapatkan bantuan tenaga ahli sekitar Problematika perinatal Mood Disorder, Anxiety /kecemasan saat hamil dan paska melahirkan, baby blues syndrome, dan sebagainya yang merangkul serta memberikan pencerahan seputar depresi. Tekanan psikologi paska melahirkan kerap memang dialami oleh para wanita, asal ditindak dengan tepat berangsur kondisi tersebut akan bisa dipulihkan.
Dalam kampanye kesadaran tentang gangguan depresi ini kita mesti meluaskan pandangan bahwa sebenarnya penderita depresi hanya perlu teman bicara untuk bercerita mengungkapkan yang dirasakannya dan didengarkan dengan baik oleh orang-orang terdekatnya. Si pendengar harus fokus mendengarkan dan memberikan dukungan seperti gestur anggukan kepala, atau bahkan sentuhan secara fisik. Berikan wawasan positif lebih luas kepada orang dengan depresi bahwa masih ada harapan dan banyak orang sekitar yang ingin membantu.
Sumber Gbr : Official Kemenkes RI |
6 komentar:
Terkadang, tak banyak yang mampu menjadi pendengar yang baik sehingga yang depresi pun tak bisa tertangani dengan baik. Nice sharing mba :)
Agak susah untuk si penderita percaya mengungkapkan isi hati mereka, harus pintar-pintar mendekati dan dgn tulus mau membantu
depresi adalah penyakit/ mungkin saya mengiap penyakit ini sejak lama, cukup bisa bertahan dan kadang mau mengakhiri semuanya,
depresi juga kadang bisa ditimbulkan oleh tuduhan-tuduhan dari orang sekitar yaa Mbaa :(
Intinya harus menghindari namanya stress karena stress juga bisa bkin penyakit mbak.. Dan yang paling parah bisa bunuh diri. Semoga kita d jauhkan dari hal seperti it ya mbak
Selama ini suka malu kalau mau curhat, tapi ternyata manfaatnya bagus ya untuk menghilangkan depresi. Kayaknya harus sering curhat nih. :)
Posting Komentar