Beberapa tahun silam, pernah Saya menyaksikan sebuah Film Indonesia berjudul Mika. Tema besar yang diambil adalah sosok Mika yang seorang ODHA kemudian berkawan dan jatuh hati dengan Indi. Akibat gaya hidup serta pergaulan yang keliru, Mikha harus menanggung sakit AIDS di sisa hidupnya. Dan akibatnya Ia dijauhi oleh semua orang, kecuali Ibunya dan Indi. Bahkan orang tua Indi sangat menolak keras anaknya berhubungan lebih jauh dengan Mika.
Itu hanya salah satu contoh karya sineas yang bisa saja terjadi nyata dalam kehidupan. Jika di perdalam lagi ternyata banyak juga film yang mengangkat tema tentang AIDS ini. Sebut saja A' mother prayer (Hollywood) atau You are my Sunshine (Korea). Ini kian membuktikan bahwa AIDS pun banyak terjadi di berbagai penjuru negara lainnya. Hingga kemudian sejak tanggal 1 Desember 1988 dicanangkanlah Hari Aids Sedunia merupakan hari internasional yang didedikasikan untuk meningkatkan kesadaran terhadap penyakit AIDS yang disebabkan oleh Virus Human Immunodeficiency Virus (HIV).
Pada tanggal 05 Desember 2018 lalu, Dinas Kementerian Kesehatan mengadakan talkshow yang bertempat di Ruang Germas - Kuningan, Jakarta. Menyuarakan hesteg #SayaBeraniSayaSehat mengindikasi dan memberi semangat bahwa ODHA bisa hidup selayaknya yang lain dengan pengobatan dan perawatan yang tepat.
Menghadirkan narasumber Dr. Wiendra Waworuntu, M.Kes selaku Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular. Dikatakan sampai dengan bulan Juni 2018, jumlah kumulatif kasus baru HIV di Indonesia adalah 301.959 orang (47% dari estimasi ODHA). Laporan triwulan II 2018 menunjukkan kasus HIV pada Ibu Rumah Tangga meningkat.
Apa itu HIV dan AIDS ?
HIV, kepanjangan dari Human Immunodeficiency Virus yakni virus yang menginfeksi manusia dan menyerang sistem kekebalan tubuh, membuatnya menjadi tidak bisa bekerja efektif seperti seharusnya. Sedangkan AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) merupakan kumpulan dan tanda fisik karena penurunan kekebalan tubuh akibat terserang virus HIV.
Hingga saat ini begitu banyak mitos yang keliru dari penularan HIV, sehingga pengidap HIV dijauhi bukan berdasarkan alasan yang tepat. Cermati beberapa hal ini yang merupakan penularan HIV :
- Melalui hubungan seksual beresiko yakni jika salah satu pasangan terjangkit virus HIV kemudian melakukan hubungan seks tanpa menggunakan pengaman pun juga sering bergonta-ganti pasangan.
- Penggunaan jarum suntik, alat tindik ataupun alat tato secara bergantian yang terkontaminasi HIV.
- Dari ibu yang terinfeksi HIV ke bayi yang dikandungnya. Penularan dapat terjadi selama masa kehamilan, saat melahirkan dan saat menyusui.
- Melalui transfusi darah dan produk darah lainnya yang terkontaminasi HIV, oleh sebab itu sangat perlu adanya pemeriksaan darah sebelum di donorkan.
Perlu diketahui bersama HIV AIDS tidak menular melalui penggunaan toilet bergantian, bertukar pakaian, gigitan nyamuk, keringat, tinggal serumah dengan yang terinfeksi,berciuman, ataupun bersalaman. Jadi, cukup untuk mendeakriminasikan ODHA, #JauhiPenyakitnyaBukanOrangnya.
Terapkan 5 huruf dasar dalam pencegahan HIV :
A : Abstinence - tidak melakukan hubungan seks beresiko
B : Be Faithfull - Bersikap Saling Setia pada pasangan
C : Use Condom - Melakukan hubungan seks selalu pakain kondom secara benar dan konsisten
D : No Drug : Menghindari penggunaan jarum suntik tidak steril secara bergantian
E : Education - Mencari informasi HIV AIDS yang tepat dan benar, informasi dapat diperoleh di layanan kesehatan terdekat.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan bahwa pemeriksaan HIV harus bersifat sadar diri, rahasia, terarah, akurat, dan terhubung dengan pengobatan yang tepat. Jika berisiko terinfeksi HIV, seseorang dianjurkan untuk mendapatkan pemeriksaan HIV. Bisa melalui tes antibodi, tes darah dan yang terbilang cukup akurat juga cepat adalah tes NAT (Asam Nukleat) yakni dengan mencari virus HIV dalam darah, tes ini sangat mahal dan tidak secara rutin digunakan untuk skrining perorangan kecuali mereka yang memiliki paparan risiko tinggi terinfeksi HIV.
Untuk melakukan pemeriksaan HIV, ada baiknya berkonsultasi dan mendapatkan konseling terlebih dahulu dengan tenaga kesehatan yang ahli. Departemen Kesehatan Indonesia mendukung pemeriksaan HIV sebagai langkah untuk mendapatkan pengobatan dan pencegahan. Pemerintah juga mengimbau agar masyarakat tidak melakukan diskriminasi maupun stigma terhadap penderita HIV karena penyakit ini dapat terjadi pada siapapun.
Pengobatan HIV AIDS :
Kebutuhan utama dari Orang Dengan HIV AIDS adalah pengobatan, saat ini bisa dengan ARV yang dapat mengendalikan jumlah pertumbuhan HIV dalam tubuh dan meningkatkan kualitas hidupnya. Pada dasarnya untuk perawatannya harus berkesinambungan dan dibutuhkan partisipasi juga peran keluarga serta masyarakat sebagai suatu bentuk dukungan agar si penderita memiliki semangat untuk terus berobat.
Antiretrovirals (ARV) telah diakui dunia sebagai obat yang bisa digunakan untuk mengobati HIV/AIDS. Namun, ARV belum mampu menyembuhkan HIV secara menyeluruh. ARV bekerja dengan cara mengontrol proses replikasi dari HIV yang menyerang sistem kekebalan tubuh, sehingga jumlah virus terkikis (viral load) dalam darah sampai kemudian tidak terdeteksi.
Bagi ODHA mengonsumsi ARV maka diharuskan meminum obat rutin seumur hidup, memang ada efek sampingnya dimana pengidap HIV akan mengalami efek samping seperti kepala pusing, tubuh terasa melayang, mual, ruam, kehilangan nafsu makandan mendapat kerap berhalusinasi yang kerap membuat emosi tidak stabil.
ARV yang diberikan harus diminum sesuai petunjuk dokter baik dosis maupun waktu minumnya. Saat ini ARV yang tersedia ada :
- Kombinasi dosis tetap berisi tenofovir, lamifudin dan efavirens (TDF, 3TC, EFV) yang umunnya dikemas dalam 1 tablet, diminun 1 tablet, 1 kali sehari pada waktu yang sama setiap harinya.
- Obat lepasan sesuai petunjuk dokter.
Jangan berhenti mengonsumsi obat ARV meskipun ketika dinyatakan dipemeriksaan berikutnya virus tak terdeteksi. Karena ketika seorang pengidap HIV/AIDS berhenti minum, maka virus HIV akan kembali menggandakan diri yang berakibat banyak sel darah putih yang rusak sehingga sistem kekebalan tubuh rusak. Pada kondisi inilah disebut masa AIDS dan sangat mudah terkena panyakit.
Penggunaan ARV secara tepat ini dibuktikan langsung oleh Ibu Neneng Yuliati yang tertular HIV sejak tahun 2003 dari suaminya sendiri padahal kala itu Ia tengah mengandung. Keputus asaan dan diskriminasi dari orang terdekat pernah didapatkannya. Tetapi wanita yang bernaung di bawah Yayasan Syair untuk Sahabat ini menemukan komunitas yang merangkul dengan keadaannya. Dengan pengarahan, pengobatan yang benar serta rutin minum obat ARV, beliau mampu bertahan secara produktif selama 15 tahun ini. Bahkan anak yng dilahirkannya dinyatakan negatif dari HIV.
Kampanye yang kerap menggema ketika hari AIDS Sedunia yakni untuk memberikan pemahaman bahwa virus HIV tidak mudah ditularkan. Sejauh ini masyarakat masih mencap penderita HIV/AIDS sebagai orang jahat. Padahal, tidak semua penderita tertular akibat perilaku yang menyimpang.
Dalam penerapan Gerakan Masyarakat hidup sehat dalam upaya menangani program HIV AIDS Kementerian Kesehatan Reublik Indonesi. Dalam beberapa waktu mendatang telah dicanangkan upaya pencapaian target yang di kenal dengan STOP (Suluh - Temukan - Obati dan Pertahankan). Tujuan yang ingin di capai meliputi :
1. Zero New HIV Infection
2. Zero AIDS Related Death
3. Zero Discrimination.
Udah nggak perlu lagi ya alasan aiueo nggak mau dekat ODHA. Lah kasian kalau pendapat masyarakat yang salah nggak kita luruskan. iya nggak?
BalasHapusSaya baru tahu loh Mba klo HIV itu ada obatnya, semoga bisa meminimalisir jumlah HIV yang ada ya, mudah-mudahan. Aamiin...
BalasHapusSemoga banyak masyarakat tercerahkan ya mba dengan tulisan mba. Ya mungkin beberapa ODHA menjalani hidup yang salah dulunya tp kan gak semua. Semoga kita gak jauhin orangnya, jauhin penyebab penyakitnya aja.
BalasHapusAlhamdulillah semoga adanya peyakit ini jd peringatan utk hidup lbh sehat lagi ya..
BalasHapusSalah satu penyakit yang menakutkan itu.
BalasHapus