Akhir-akhir ini panas terik begitu terasa di siang hari namun menjadi lebih dingin ketika malam disertai hembusan angin khas musim kemarau. Pihak BMKG telah menyatakan bahwa sebagian besar wilayah Indonesia mengalami episode kekeringan yang lebih lama dibandingkan tahun sebelumnya dengan curah hujan yang terbilang rendah.
KepalaPusat Informasi Perubahan Iklim, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika, Dr. Ir. Dodo Gunawan mengatakan, memprediksi musim hujan akan masuk pada awal November 2019, artinya saat ini musim kemarau masih berlangsung.
Hujan akan turun dengan intensitas rendah untuk wilayah Pulau Jawa, Sumatera dan sebagian daerah lain pada awal November. Namun dua hari yang lalu di sebagian wilayah Jakarta, Bogor, dan Tangerang sudah mulai hujan serta cuaca berawan.
"Salah satu faktor penyebab kekeringan itu adalah akibat fenomena El Nino yakni memanasnya suhu muka laut di Samudera Pasifik bagian tengah hingga timur. Dampak dari El Nino yang terjadi di sejumlah daerah Indonesia adalah kondisi kering dan curah hujan berkurang, sungai-sungai semakin menyurut airnya, sedangkan pepohonan akan mulai meranggas. Dan kondisi seperti ini bisa memicu kebakaran hutan. Sebagaimana yang telah terjadi di sejumlah wilayah di Indonesia, potensi kebakaran sudah terlihat terutama di wilayah Sumatera Selatan dan Riau." Bapak Dr. Ir. Dodo Gunawan memaparkan.
Kekeringan yang terjadi di Indonesia selalu berulang setiap tahunnya. Pemberian air bersih merupakan salah satu bentuk respon jangka pendek untuk mengurangi dampak kekurangan air bersih di tengah masyarakat.
Mengantisipasi hal ini Rumah Zakat sebagai sebuah lembaga filantropi yang mengelola zakat, infak, sedekah, serta dana sosial lainnya melalui program-program pemberdayaan masyarakat
telah melakukan upaya meminimalisasi dampak yang didapat oleh warga. Salah satunya dengan dropping (penyaluran) air bersih ke beberapa desa yang terdampak parah bencana kekeringan.
Rumah Zakat telah menyiapkan sekitar 28 Desa Tanggap Bencana yang tersebar di 22 kota di Indonesia. Dimana desa-desa itu nantinya memiliki kemampuan mandiri untuk beradaptasi dan menghadapi ancaman bencana serta memulihkan diri segera dari dampak bencana yang merugikan, salah satunya kekeringan.
"Program yang dilakukan melalui Desa Tangguh Bemcana adalah dengan membentuk masyarakat yang tangguh antara lain melalui penyuluhan kebencanaan, simulai siaga bencana, pembuatan jalur evakuasi, membuat media edukasi bencana, dan merekrut pemuda tangguh bencana." ujar Direktur Program Rumah Zakat, Ibu Murni Alit Baginda.
Dalammenanggulangi terjadinya kekeringan di beberapa wilayah, melalui Rumah Zakat Action selama periode Mei-Agustus 2019 telah di distribusikan sebanyak 451.000 liter air bersih di 17 titik kekeringan di 7 provinsi di Indonesia. Jumlah tersebut akan terus meningkat pada puncak kemarau yakni saat Agustus hingga September.
Upaya lain yang dilakukan Rumah Zakat untuk mengatasi kekeringan di kemudian hari yakni dengan menyediakan logistik dan peralatan berupa penyediaan tangki air yang diletakan di tempat-tempat yang mudah dijangkau masyarakat seperti sekitaran masjid serta pipanisasi dan pembuatan sumur bor.
Misalnya saja pembuatan sumur bor yang sudah dilakukan di Desa Angsana, Kecamatan Angsana, Pandeglang, Banten. Dan akan menyusul untuk wilayah Cianjur dan Sukabumi, untuk pipanisasi dilakukan di Desa Berdaya Cisolok, Tasikmalaya. Sedangkan tangki air atau Penampungan Air Hujan (PAH) di Kp. Pasir Peuti, Desa Sukamulya, Kec. Sukaluyu, Kab. Cianjur.
Sementara untuk program-program lainnya sedang dalam tahap koordinasi dan konsolidasi, mengingat pembuatan fasilitas mata air atau sumur tadah hujan memerlukan dukungan banyak pihak.
"Bencana kekeringan memerlukan penanggulangan bersama, karena air merupakan kebutuhan utama bagi keberlangsungan hidup. Karenanya, mari bersama-sama sediakan air bersih untuk saudara-saudara kita yang membutuhkan,” Ibu Murni Alit Baginda menambahkan.
Mengingat besarnya biaya yang dibutuhkan dan cakupan wilayah yang luas, Rumah Zakat mengetuk hati para dermawan dan donatur untuk membantu saudara-saudara kita yang dilanda bencana kekeringan ini.
Uluran tangan donatur tentu akan sangat dibutuhkan, karena semakin banyak dermawan yang membantu akan semakin luas daerah yang bisa dibantu. Tidak hanya dalam bentuk uang, tenaga maupun pikiran pun menjadi suatu langkah untuk turut serta aksi nyata dalam penanggulangan bencana. Rumah Zakat pun membuka kesempatan untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak dalam penanggulangan bencana, baik bencana kekeringan maupun melalui aksi mititasi dan respon atas bencana lain yang terjadi.