Bagi penggemar dunia literasi, 3 hari di pekan pertama Agustus ini pastinya menjadi saat-saat yang menyenangkan, pasalnya pada tanggal 2-4 Agustus 2019 lalu itu terlaksana kegiatan bertajuk Gramedia Writers & Readers Forum (GWRF) 2019 yang bertempat di Perpusnas RI, Jakarta.
Pada hari pertama Saya mengikuti kelas 'Show Your Creation With Social Media' yang di isi oleh para penulis muda berbakat seperti Poppi Pertiwi, Luluk HF dan Asabeli Audida. Menjadi penulis pada dasarnya tak jauh berbeda dengan profesi lainnya. Untuk bisa sukses, maka harus punya komitmen tinggi dalam bekerja dan terus mengasah kemampuan setiap saatnya.
Luluk HF merupakan nama pena dari seorang penulis bernama asli Hidayatul Fajriyah yang merupakan salah satu penulis yang aktif memposting karya tulisnya di wattpad, sebuah platform media gratis untuk berkarya. Beberapa saran yang di sharingnya, untuk bisa berkarya dengan menulis pertama harus niat dengan sungguh-sungguh. Kedua, konsisten dalam memperbarui cerita. Dan ketiga terus usaha menulis serta berlatih juga jangan lupa promosi yang seimbang tanpa henti.
Pun demikian dengan Poppi Pertiwi yang menerbitkan karya berjudul Galaksi serta Asabell Audida lewat karyanya berjudul Hidden termasuk salah satu novel bernuansa K-Pop mengungkapkan jika media sosial menjadi salah satu piranti penting untuk berpromosi dengan cara sederhana. Bangun personal branding dengan memanfaatkan canggihnya media sosial saat ini. Sehingga secara perlahan telah memanfaatkan kesadaran publik untuk mengenalkan karya dan menyebarkannya ke jaringan lebih luas.
Kelas berikutnya, saya mengambil tema " Kembalinya Komik Lokal Indonesia" menghadirkan Muhammad Misrad (kartunis handal yang membuat kolom komik Mice),Faza Meonk (komik Si Juki), Iwan Nazif (seorang komikus yang didapuk menjadi penciler dan inker dalam ‘How To Train Your Dragons’) dan Goklas Sujiwo (komikus sekaligus senior editor atau writer dari BumiLangit Studio).
Komik mempunyai tempat tersendiri di hati pembacanya. Mulai dari usia anak-anak, remaja, hingga dewasa sekalipun pasti menyukainya. Menurut Saya sendiri, membaca komik bisa menjadi moodbooster tersendiri. Penyajian yang cenderung ringan dengan gambar karakter yang unik.
"Awal mulai berkarya lewat Komik sekitar tahun 90-an. Adalah Mice sebuah seri strip komik yang terbit di harian Kompas. Dengan memecah pakem dimana komik selalu di identikan dengan fantasi tapi mulai diangkat lewat kejadian selayaknya kehidupan real yang terjadi disekitar khususnya di kota Metropolitan Jakarta begitu banyak yang bisa diangkat." Muhammad Misrad memaparkan
Kini para komikus lokal ditantang untuk mencari ide yang lebih unik untuk menarik dan menjaring penikmat komik lebih banyak lagi. Sekarang medianya tak hanya di atas kertas, dunia komik pun sudah harus mampu memagang peran di ranah digital salah satu aplikasi komik baca yang cukup digandrungi adalah webtoon dengan beragam cerita yang menarik, karakter yang kuat, serta gambar yang apik, bahkan berwarna, sehingga membuat gambar komik jadi kelihatan lebih hidup.
Faza Meonk melalui komik si Juki yang cukup trend di platform webtoon bahkan sudah merambah perfilman Indonesia mengatakan " Perkembangan digital seperti sekarang ini tentunya sangat membantu karena dengan itu karya komikus Indonesia bisa dengan cepat dan mudah dilihat oleh masyarakat. Dengan komik digital ini pula, komikus bisa menyapa pecinta komik dari berbagai belahan dunia"
Optimisme besar akan kembalinya kejayaan komik lokal cukup diyakini para pegiat komik yang jadi pembicara hari itu. Semoga ke depannya semakin banyak ruang untuk menampung kreativitas para komikus lokal untuk berjaya dan menjadi tuan di rumahnya sendiri sebab sebenarnya di negeri ini cukup banyak talenta-talenta yang berbakat.
3 komentar:
Wah seru banget nih Mbak bisa hadir di acaranya itu. Bisa berjumpa dengan para komikus juga
Wah sudah mau merambat ke dalam dunia perfilm an nih ya. Keren banget dah
Hmm pingin deh gitu bisa seperti mereka yang travelling itu hihi. Semoga saja
Posting Komentar