Sudah 6 bulan kurang lebih Pandemi ini, dan sejak saat itu juga intensitas untuk healing dengan mengeksplore keindahan alam pun terbatasi. Rindu rasanya, menikmati sejuknya angin, melihat indahnya alam di atas ketinggian gunung atau perbukitan, melangkahkan kaki diatas pasir nan halus sembari bermain dengan debur ombak.
Saat membuka dokumentasi, Ah..jadi teringat begitu banyaknya cerita perjalanan yang belum tersalurkan lewat tulisan. Memutar kembali dan mengingat perjalanan, dan kali ini Aku mau berbagi cerita perjalanan mengeksplore 3 pulau bersejarah di Kepulauan Seribu.
Pagi itu perahu kayu (nelayan) yang membawa rombongan melaju lancar tanpa halangan berarti dari dermaga Muara Kamal. Tujuan pertama adalah Pulau Kelor, kurang lebih 30 menit waktu yang dibutuhkan.
1) Pulau Kelor
Bangunan yang terbuat dari tumpukan bata merah itu sudah tampak dari kejauhan.Satu bangunan yang iconic dari tempat ini adalah Benteng Martello yang merupakan saksi sejarah jaman VOC ketika ada di Pulau ini. Kabarnya Benteng Martello ini terinspirasi dari Mortella Point di pulau di Corsica, Perancis. Desainnya pun dibuat agar tahan terhadap tembakan meriam.
Di papan informasi tertuliskan bahwa Benteng Martello dibangun Belanda tahun 1850 sebagai bagian sistem pertahanan laut kota Batavia. Meskipun telah banyak bagian yang rusak dan tidak utuh, Benteng ini tetap berdiri dengan gagah di Pulau Kelor. Kisah memilukan dari Pulau ini adalah lokasinya dahulu pernah digunakan untuk mengeksekusi tawanan Belanda, kemudian mayatnya dikubur langsung di tempat tersebut. Sehingga dahulu, nama pulau ini ialah Pulau Kerkhof (kuburan).
Selain tersaji spot-spot peninggalan sejarah, Pulau Kelor juga memiliki panorama yang cukup indah. Dengan beberapa pepohonan, memberikan suasana lebih asri dengan pasir putih yang halus. Air lautnya pun cukup jernih dengan deburan ombak relatif tenang. Pulau Kelor ini memiliki luas yang tidak terlalu besar sehingga memungkinkan terjadinya abrasi, oleh karena itu di bibir pantai nya banyak dipasang pilar-pilar pemecah ombak (tetrapod) agar pulau ini terjaga kelestariannya dan tidak terkikis oleh ombak.
2) Pulau Onrust
Berikutnya adalah mengeksplore Pulau Onrust, lokasinya tidak terlampau jauh dari Pulau Kelor. Menyebrangi lautan luas sekitar 10-15 saja tibalah di tujuan. Replika kincir angin yang pernah dibuat VOC menyambut kedatangan para wisatawan setelah menginjakkan kaki di dermaga.
Dinamakan Pulau Onrust karena dahulu pulau ini selalu sibuk dan tak mengenal istirahat. Dahulu tempat ini merupakan tempat berlalu lalangnya perahu atau kapal layar yang mengangkut pasukan angkatan laut Belanda. Sebelum berlayar menuju Jakarta atau Batavia pada saat itu, kapal-kapal singgah di Pulau Onrust untuk dibangun dan diperbaiki.
Dan pulau ini juga pernah menjadi persinggahan untuk para jemaah Haji saat itu, tapi suatu peristiwa dimana wabah PES menyerang. Diketahui wabah itu dibawa oleh para penumpang kapal laut yang baru pulang dari ibadah haji. Belanda memberlakukan karantina untuk para jamaah Haji sepulang mereka dari tanah suci di Pulau Onrust yang saat itu dianggap sebagai pulau terpencil.
Puluhan barak yang ada saat itu akhirnya dialihfungsikan untuk menampung ribuan jamaah haji. Para jamaah haji yang meninggal dikuburkan dengan sangat sederhana. Tidak mendapatkan perawatan atau fasilitas makam semestinya, di pulau Onrust juga bisa ditemui sejumlah makam warga Belanda.
Guide yang ada disana menerangkan bahwa aktivitas di Pulau Onrust berhenti sekitar pada tahun 1968. Pulau ini lantas dinyatakan tak berpenghuni. Masyarakat kemudian membongkar dan menjarah material bangunan peninggalan Belanda dan Jepang di sana. Kini yang tersisa hanya puing dan bekas barak yang sudah hancur.
Nama Onrust sebenarnya diambil dari nama salah satu bangsawan keturunan Belanda, yakni Bass Orust Cornelis van der Waick. Di Pulau ini banyak sekali arkeolog peninggalan zaman penjajahan. Kini pulau Onrust telah dinobatkan sebagai Taman Arkeologi di masa gubernur Jakarta ke-7 oleh Ali Sadikin.
3) Pulau cipir
Nama asli dari pulau ini sebenarnya adalah Pulau Kuyper, namun lebih populer dengan nama Pulau Cipir dan adapula yang menyebutnya Pulau Kahyangan. Salah satu bukti sejarah atau peninggalan sejarah yang ada di Pulau ini ialah adanya reruntuhan bangunan bekas zaman kolonial.
Di masa lampau, daerah pulau ini pernah menjadi lokasi pembangunan rumah sakit. Saat itu pihak rumah sakit bertugas memberi penanganan khusus terhadap jemaah haji yang terkena penyakit menular (PES). Mereka yang terjangkit penyakit juga diberi perawatan dan karantina di rumah sakit ini.
Pulau Cipir juga terkenal dengan mitos yang cukup menyeramkan,hal ini tidak lepas dari sejarah kelam yang pernah terjadi di area ini. Pada masa penjajahan Jepang, wilayah pulau Cipir pernah menjadi lokasi eksekusi para tahanan.
Di Pulau Cipir, para wisatawan selain bisa menikmati destinasi wisata sejarah yang bisa seperti benteng, rumah sakit tua yang dibangun dari zaman kolonialisme Belanda, serta prasasti kuno. Pepohonan yang rimbun mengelilingi juga membuat suasana lebih sejuk, dan ombak yang cenderung tenang dengan pasir putihnya menjadikan tempat ini juga begitu menyenangkan untuk bersantai ataupun melakukan aktivitas watersport seperti banana boat atau sofa boat.
Kepulauan Seribu tidak hanya menawarkan pulau cantik yang memiliki pantai–pantai dengan pasir putih saja. Tetapi ada juga pulau yang bisa dijadikan sebagai alternatif wisata khususnya bagi pecinta sejarah.
Mengeksplore 3 Pulau bisa jadi pilihan yang paling tepat, selain tidak perlu merogoh dana terlalu dalam, wisatawan juga tetap bisa menikmati refreshing meskipun tidak memiliki banyak waktu libur. Penawaran eksplore 3 Pulau pun sudah begitu banyak ditawarkan para travel agent misalnya one day trip yang melakukan Island Hopping pulau bersejarah ini satu hari tanpa menginap.
Udah banyak teman teman ke sini aku belum sampai sampai nih hahaha...nice info kak semoga usai pandemi bisa ke sini. Aamiin
BalasHapusSudah cukup lama memendam keinginan eksplor Pulau Seribu a.l ke 3 pulai ini, namun sayangnya blm kesampaian. Semoga lain kali. Terima kasih sharing pengalaman ini mba..
BalasHapusKetiga pulau tersebut setelah untuk karantina wabah, sampai saat ini ada penghuninya kah?
BalasHapusAsik juga yaa...bisa one day trip ke ketiga pulau tersebut.
Unik-unik ketiga pulaunya ya. Bikin penasaran, kepengen berkunjung ke sana juga tapi jauh banget dari tempat saya.
BalasHapusPulau Seribu oh indahnya.. kapan bisa main ke pantai lagi.. jadi pengen cepetan liburan
BalasHapusPulaunya lekat banget dengan zaman penjajahan. Peninggalan2nya itu lho masih membekas dan bisa jadi edukasi atau wisata tersendiri bagi tiap orang. Menarik mbak, apalagi bagi anak-anak yang pengen belajar sejarah 😃
BalasHapusWah sayangnya waktu ada kesmepatan ke Pulau Seribu aku gak ke 3 pulau ini...Keren juga ya...Ini yang sering dipake suting film ya..
BalasHapusMasyaAllah aku belum pernah Ti, ajak dong kapan-kapan eheheh
BalasHapussemoga setelah pandemi bisa jalan-jalan ke sana
Udah lama bangeeed aku kepengen main ke 3 pulau ini tapi belum jadi2 hahaha :) Zama sepaket dulu 60K sampe sekarang 90-120K tuh hahaha..Semoga tahun ini atau depan terealisasi ya. Mbak Siti ga kefoto yach? Hihihihi itu anginnya emang super kenceng? 1 perahu muat maksimal berpaa orang sih? Ngeri ga? Serius tanya nih :) Thanks.
BalasHapusUntuk saat ini, Aku bisa bilang biaya open trip ke 3 pulau ini masih relatif murah. Masih ada yg dibawah 100k mba.
Hapus(Tapi untuk wisata bukan gabungan harganya biasanya lebih mahal kalau pae jasa travel agent)
Aku ada foto2 di pulau tapi ga semua dipublish di blog 😁
Angin agak kencang menjelang sore, utk 1 perahu seinget aku max. 15-20 orang
Kalau berangkat pagi dan cuaca bersahabat ga ngeri ko mengarungi perairan pulau seribu :)