Laman

Senin, 08 Februari 2021

One Day For Me

Ilustrasi gambar ( Sumber : Freepik )

Aku melingkari tanggal di kalender yang selama ini melengkapi meja kerjaku. 7 hari dari sekarang alias satu Minggu lagi usiaku bertambah genap memasuki kepala 3. Masa dimana kegelisahan mulai dirasakan terlebih ketika keluarga sudah menanyakan soal pasangan. Di sisi lain, banyak saudara dan sepupu di usia seperti itu setidaknya sudah menikah bahkan memiliki anak.

Aku si introvert tak begitu banyak memiliki karib, mengingat beberapa tahun sebelumnya juga melewati masa pergantian usia tanpa perayaan atau surprise. Sejauh ini, lebih banyak kecewa yang Aku dapat sebab ternyata mereka yang di kasihi atau prioritaskan tak menganggapku berarti bagi hidupnya. Jadi, ya..Aku putuskan untuk memberi rewards pada diri sendiri saja di ulang tahun nanti.

Sekedar jalan-jalan ringan, mengunjungi beberapa tempat. Melepas kepenatan dari hari-hari biasanya. Kendati bukan lokasi yang baru, tetapi Aku suka atmosfer nya dengan berbagai bangunan yang artistik di sekililingnya. Bagi pecinta wisata sejarah pasti sangat menyukainya, dan bisa dikatakan ini adalah tempat tak pernah sepi dari ramainya pengunjung.

Waktu demi waktu bergulir, sudah lewat tengah malam. Hening, dengan suara gemericik hujan di antar pekatnya malam. Ponsel yang tergeletak pun tak ada tanda-tanda pesan atau dering yang masuk. Ku telungkup kan kembali selimut, sebelum sesaat nya berdoa di pergantian usia untuk harapan yang lebih baik.

Setelah diguyur hujan semalam, pagi ini matahari bersinar lebih bersahabat. Menyambut hari dengan cerah. Aku sudah bersiap untuk menikmati satu hari ini 'Me Time'. Bepergian sendiri juga bukan satu hal asing untukku.

Commuter line yang Aku tumpangi sudah tiba di perhentian akhirnya. Salah satu stasiun kereta api ini dibangun pada era nama Jakarta masih Batavia, memiliki kontruksinya bergaya Art Deco yang megah dengan lengkungan-lengkungan besi. Tampak kokoh sebagai penyangga atapnya. Suasananya belum terlalu ramai, sehingga Aku cukup leluasa mengabadikan beberapa sudutnya ke dalam bidikan kamera ponsel yang Aku bawa.

Aku melangkah pasti masuk ke beberapa museum yang ada di area Kota Tua Jakarta. Museum Bank Mandiri, arsitektur gedungnya cenderung sederhana dengan bentuk simetris dari  garis-garis horisontal dan vertikal yang menjadi ciri khas gaya art deco serta kaca patri  bermotif geometris ini kian menegaskan bangunannya begitu klasik. Selain itu ditempat ini juga banyak informasi mengenai sejarah panjang perbankan Indonesia.

Beralih ke bangunan berikutnya, Museum Bank Indonesia, Aku begitu suka di sini. Pernah beberapa kali beralih fungsi, bangunan bersejarah ini dibuat dengan konsep neo-klasikal serta campuran pengaruh lokal. Menyimpan beragam koleksi menarik mengenai informasi perkembangan perekonomian Indonesia sejak zaman dulu hingga masa kini. Tempat paling favorit ku adalah Masjid Museum Bank Indonesia, dengan konsepnya yang modern tapi juga teduh.

Setelah berkeliling sebentar, Akupun memutuskan sejenak mampir di kantin yang ada di area wisata ini. Ketika tengah asik menyeruput mocchacino sambil melihat-lihat bidikanku di ponsel. Hal sederhana seperti ini saja bisa membuatku merasa senang. Sampai kemudian suara seseorang menyapa.

"Hai.." sapanya "ternyata benar, kalau Kamu Ariningtyas Rahayu" lanjutnya dengan senyum.

Aku masih terkejut dan terperangah akan sosok di hadapanku itu, rupa dan suara yang sudah lama tak menyapa.

"Boleh gabung"

"Ya..silahkan" jawabku canggung

"Sejak lihat tadi, masuk ke Museum Aku perhatikan sampai benar-benar yakin Kamu benar Tyas yang pernah Aku kenal" Ia menerangkan tanpa kupinta

Aku masih terdiam "Kamu apa kabar?" Tanyanya

Aku pun menjawab sekenanya "Ah..iya. Aku baik"

Perbincangan mengalir diantara kami berdua, 12 tahun tentu bukan waktu yang sebentar. Hanya tak menyangka bahwa Ia masih mengenaliku. Reza adalah laki-laki yang pernah mengisi masa remajaku dengan kebahagiaan, canda juga kesedihan. Iya kami harus berpisah setelah lulus sekolah lantaran Ia pindah ke Luar kota. Hubungan jarak jauh tak membuat Kami yakin untuk terus bersama.

"Habis ini Kamu mau kemana ?" Tanya Reza

Aku sudah mulai bisa menguasai kecanggungan "Melanjutkan jalan-jalan.." jawabku

"Mau bareng ?" Tanyanya lagi

Aku sempat dibuatnya terkejut untuk kesekian kalinya. Berjalan bersama seseorang yang dulu begitu spesial untuk Aku. Rasanya ada perasaan berdegup di dada yang tak terkendali. Terlebih ini adalah hari ulang tahunku 'ah..dia juga mungkin tak ingat' tepis hatiku kemudian.

"Ko..diam ? Ga mau ya ?" Reza memastikan jawabku yang ternyata terdiam cukup lama

"Oh..iya..oke, ayo.." jawabku.

Reza tertawa melihat ekspresiku.

Hampir seharian itu Aku dan Reza menikmati waktu bersama. Mengelilingi bangunan museum dengan arsitektur yang megah dan Indah. Saling bercerita, dan berbagi tawa. Hingga tanpa kami sadari, hari kian merangkak senja.

Kami akhirnya beristirahat di kawasan Taman Fatahilah sambil menikmati musik akustik yang tampil di sana. Suasana semakin malam kian ramai dikunjungi masyarakat. Reza undur diri sebentar, dan Aku menunggunya di tempat itu. Ketika tengah menikmati alunan musik dari musisi tampil, tiba-tiba Reza datang dengan sebuket bunga matahari sederhana yang di arahkannya padaku.

"Selamat ulang tahun" ucapnya.

Lagi dan lagi Ia membuatku terkejut, ternyata masih ingat jika hari ini adalah moment yang spesial untukku.

"Terima kasih, rupanya Kamu masih ingat" jawabku tersipu menerima pemberiannya.

"Maaf ya..Aku ga bisa memberikan lebih. Dan juga untuk waktu-waktu yang lalu jika pernah melukaimu." Reza duduk disampingku.

"Aku juga minta maaf jika ada perilaku yang membuatmu tidak berkenan" kataku kemudian dan Reza tersenyum.

"Mulai saat ini Kita tetap berteman kan. Oh, iya pertemuan ini tidak ku duga sebelumnya. Jadi sekalian saja ya.." ucapnya menggantung.

Aku mendengarnya secara seksama,

"2 minggu lagi Aku akan menikah. Jika sempat, datang ya..nanti ku kirim undangan ke tempatmu. Alamatnya masih sama kan ?" Ungkap Reza.

Aku terdiam, perasaan jadi bercampur aduk. Sekian lama tak berjumpa dipertemukan kembali pada waktu yang tidak tepat. Sebagai seseorang yang pernah mengisi relung hati, terbesit harap yang kini kian mustahil.

"Oh, Iya alamatku masih sama seperti sebelumnya. Aku akan usahakan untuk datang." ucapku dengan senyum "Turut berbahagia dan semoga di lancarkan ya" lanjutku kemudian.

Kami saling terdiam cukup lama, sampai kemudian dering ponselnya membuyarkan kecanggungan Kami berdua. 

"Aku pamit ya..terima kasih untuk hari ini. Dan Aku berharap Kamu akan menemukan kebahagiaanmu juga" Reza kini benar-benar pergi meninggalkanku.

Dan Aku menatap punggungnya berjalan di antara ramainya orang sampai kemudian tak terlihat lagi, menjauh. One Day For Me, it' my birthday. Memberikan sedikit harap yang tidak terengkuh, hanya bisa merelakan sebab Aku tahu bukan Aku tempat pulang yang Ia tuju. Dari tiap kejadian, Kita bisa untuk belajar bahwa perpisahan bukan hanya tentang meninggalkan atau ditinggalkan, tetapi juga soal mengikhlaskan.


* TAMAT *

Cerita ini adalah fiksi yang diikutsertakan dalam Lomba Blog Menulis Fiksi “Ulang Tahun” yang diselenggarakan oleh Komunitas Blogger Semarang Gandjel Rel"

15 komentar:

  1. Mengingatkan pada suatu peristiwa yang tidak tergerus waktu sosok 'dia' dalam kehidupan seseorang itu sesuatu. Bagus ceritanya berkesan

    BalasHapus
  2. oh my God, deg itu pasti rasanya pas dikasih tau mau kirim undangan resepsi, makjleb kenangan mantan pun menggenang di mata deh

    BalasHapus
  3. hiks, jangan menyapa kalau cuma mau ngundang ke pernikahan

    hahahha.... jadi baper deh

    Atuda kirain bakal clbk ^^

    BalasHapus
  4. ceritanya bagus kak
    berkesan seka
    sukses buat lombanya ya kak, semoga memang

    BalasHapus
  5. Duh sedih banget ... Kirain mau jadi lagi, eh ternyata malah mau nikah... Sing sabar ya .. hehehe ...

    BalasHapus
  6. Baguuuss, nih mbaaa

    Ceritanya simpel, tapii KENA BANGET!
    Semoga juaraa yak

    BalasHapus
  7. Baca cerpen ini jadi inget acara reunian dengan temen-temen SMP. Ada yang wajahnya blas berubah, sedangkan aku masih kebayangnya wajah di waktu ABG dulu. Tapi ada juga yang sama aja rupanya, jadi lumayan mudah mengenalinya.

    BalasHapus
  8. Sebagian orang ditakdirkan bertemu untuk terpisah, sebagian lainnya ditakdirkan bertemu untuk terikat. Hehehe. Apapun itu, namanya sudah garisan Tuhan. Yang penting hubungan baik antara dua tokoh di cerita ini tetap terjalin. Nice share mba.

    BalasHapus
  9. Semoga ada pengganti Reza buat "Aku"
    Cerpen yang runut, enak dibacanya...dan senang dengan pesannya:Dari tiap kejadian, Kita bisa untuk belajar bahwa perpisahan bukan hanya tentang meninggalkan atau ditinggalkan, tetapi juga soal mengikhlaskan"

    BalasHapus
  10. Saya berharap menemukan kisah lebih mendalam tentang hubungan si wanita dengan si pria (Reza) di masa dahulu. Mungkin berupa percakapan atau sekedar dalam ulasan yang lebih rinci. Sehingga bisa memunculkan dan mewakilkan kesan bahwa lelaki itu sempat punya arti lebih untuk si wanita.

    Semoga cerpennya menang ya Mbak. Turut mendoakan dari jauh

    BalasHapus
  11. Ah, aku ikut terhanyut dengan cerita ini, jadi ingin melanjutkan kisahnya versiku. Haha. Semoga menang, ya, Mba... :)

    BalasHapus
  12. sebelum janur kuning terpasang... lalu nanti ada lanjutannya hehe.

    btw, kenapa menggunakan huruf kapital pada 'kamu' dan 'aku'? ada alasan khususkah?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Endingnya udah pas menurut Aku :D
      Karena ga semua kisah akan berakhir bahagia

      Aku pernah baca untuk kata sapaan baiknya pake huruf kapital didepannya. Hmmm nanti aku cek lagi catatan nya.

      Hapus
  13. aku kira curhat, ternyata cerpen. hihi. good luck, mbaaa. :D

    BalasHapus
  14. Ah aku jadi baper. Awal baca kupikir mereka bakal mulai hubungan yang sempat terputus. Karena Reza datang di momen ultahnya. Ternyata, surprisenya undangan pernikahan...ahhhhhh. Keren deh cerpennya. Good luck ya mbak

    BalasHapus