Aku pernah mendengar ungkapan, bahwa semakin Kita dewasa semakin sedikit circle pertemanan itu. Tentunya sebagai makhluk sosial Kita membutuhkan teman untuk saling berbagi dan support system. Namun teman seperti apa sih yang disebut teman baik ? adalah mereka yang selalu hadir saat Kita berada dalam kondisi senang maupun sulit.
Sumber gambar : Freepik |
Seharusnya seorang teman juga bersedia menjadi pemompa semangat dan mendorong Kita untuk berpikiran maju. Lalu bagaimana jika teman yang ada disekitar tidak melakukan hal serupa? Jangan-jangan mereka termasuk toxic friendship? yakni hubungan pertemanan tidak sehat dan cenderung membawa dampak buruk satu sama lain.
Toxic friendship dapat dirasakan secara berbeda-beda pada setiap orang yang berdampak pada perasaan energi yang terasa terkuras, mental lelah serta menjadi tidak nyaman. Secara umum berikut ini adalah beberapa ciri teman yang toxic :
1. Tidak menghargai
Terkadang beberapa orang menganggap karena saking dekatnya sehingga bisa berbuat semaunya dan malah jadi mengabaikan batasan yang ada.
Bahkan ada saja teman dengan ciri seperti ini hanya mengambil manfaat. Tak segan merendahkan dan membuat perasaan tidak nyaman, baik menggunakan sindiran halus ataupun menghina secara langsung sehingga menimbulkan rasa sakit hati.
Lebih sering memprioritaskan diri sendiri, yang kadang kala memaksakan kehendaknya agar diikuti orang lain. Orang seperti ini tidak peduli seberapa besar dampak buruknya bagi yang lain. Sepanjang tujuannya tercapai, pasti akan menganggap hal tersebut sebagai suatu proses yang normal.
2. Tidak mendukung
Pada dasarnya teman yang toxic tidak akan pernah mendukung kita untuk berkembang dan maju. Justru acap kali meyimpan dengki dan ketidaksukaan jika Kita lebih dari dia. Padahal jika saling mengisi, membersamai, teman pun bisa mengukir karya bersama seperti salah satu Penulis Lampung, Jauza Imani yang berkolaborasi bersama Kurnia Effendi lewat buku kumpulan puisi berjudul Pikinikita.
Teman yang tidak mendukung memiliki kesan ego-nya tinggi, tampak tidak tulus, sebab seorang teman apalagi sahabat harusnya adalah orang yang tidak akan merasa keberatan menolong ketika kita membutuhkan bantuannya. Akan berusaha selalu siap kapanpun, meski memiliki kesibukannya sendiri. Itu bukti bahwa kita adalah bagian dari prioritas hidupnya.
3. Suka membandingkan
Orang dengan ciri seperti ini selalu mengklaim dirinya lebih baik. Bahkan tak segan membandingkan kita dengan yang lain. Sikap seperti ini tentu menjengkelkan karena mereka tidak mau mengakui kelebihan yang kita miliki dan dampaknya bisa mengikis rasa percaya diri.
Dengan selalu dibandingkan, lambat laun bisa memunculkan rasa minder serta rendah diri yang menganggap orang lain selalu lebih baik dari kita. Dimana pada akhirnya bisa mengembangkan pemikiran bahwa apa yang dilakukan tidak akan pernah cukup.
4. Manipulatif
Seorang dengan perilaku manipulatif seringkali memanipulasi fakta dengan cara berbohong, membuat alasan, sering menyalahkan atau mengatakan sesuatu tanpa mengungkapkan kebenarannya. Kadang membuat orang lain merasa berhutang budi kepadanya. Bisa dikatakan orang manipulatif telah kehilangan rasa empati kepada orang lain demi meraih keuntungan. Tidak segan melakukan berbagai cara untuk menguntungkan dirinya sendiri. Tidak peduli apa yang di perbuatnya bisa merugikan orang lain.
5. Self center
Teman yang cenderung berciri toxic sekanjutnya hanya akan membicarakan tentang pencapaian dan keluh kesahnya sendiri. Saat Ia membutuhkan dukungan, maka akan datang dan meminta kita memberikan pandangan. Namun saat kita yang sedang membutuhkan motivasi, ada kalanya menunjukkan sikap yang tidak antusias.
6. Membuat tidak nyaman
Teman yang baik adalah orang yang membuat kita merasa nyaman, tanpa canggung menjadi diri sendiri. Bukan justru sering menunjukkan hal negatif, baik itu dalam kata-kata maupun sikap. Misalnya saja sering merendahkan dan bercanda berlebihan yang bisa membuat kita tersinggung bahkan jengkel karena perbuatannya. Bukankah dalam pertemanan seharusnya bisa saling memahami satu sama lain ?
7. Hanya datang saat butuh
Pertemanan adalah tentang memberi dan menerima. Jika kita hanya memberi tanpa pernah menerima, bisa jadi sedang dimanfaatkan. Ada kalanya kita segan untuk berkata 'tidak' dan menolak membantu karena khawatir akan merusak hubungan pertemanan sehingga malah sering dimanfaatkan, memang harus tegas sebab sikap yang terlalu baik bisa menjadikan teman toxic ini bertindak semena-mena.
Jikalau saat semakin bertambah usia merasa tidak lagi banyak teman, tak bisa di pungkiri bahwa perubahan itu adalah sebuah keniscayaan. Segalanya tak lagi sama setelah dewasa. Mulai dari pola pikir, pandangan tentang hidup, serta pandangan tentang berbagai hal.
Jadi teringat dengan ucapan seorang teman dengan nick name-nya Azzura Lhi, yang juga Blogger Lampung pernah berujar " Menjadi dewasa adalah pilihan, silih berganti waktu, orang datang dan pergi. Tidak semua akan bersama selamanya."
Hubungan pertemanan yang baik mestinya bisa membuat kita merasa lebih bahagia, ketika menghabiskan waktu bersamanya. Selalu terasa menyenangkan, membuat pikiran lebih segar dan mendapat energi positif ketika berada di dekatnya. Yuu, cari circle yang baik dan jadi teman yang baik juga ^_^
2 komentar:
Sudah menjadi hal wajar pertemanan yang semakin kecil dan semakin sedikit saat sudah dewasa. Pasalnya karena sudah hapal dengan sifat orang-orang, apalagi kalau ada yang di depan baik dan di belakang hemm. Lebih parahnya kalau ada temen toxic, wah ini wajib dihindari sih. Sekarang banyak teman seperti itu, terima kasih informasinya!
Emang temen toxic tuhh perlu banget dihindari ya karena hanya kasih dampak negatif, tapi sayangnya kita seringkali susah sadar dia temen toxic karna dia ramah dan keburu sayang dia. Iya gak sih?
Posting Komentar