Belakangan ini ramai di media sosial ungkapan "Marriage is scary" yakni suatu fenomena yang merujuk ketakutan, kecemasan akan pernikahan. Namun mestinya tidak seperti itu jika pasanganmu adalah orang yang tepat. Jadi teringat akan seorang rekan yang harus melewati fase perceraian lantaran mantan pasangannya cenderung bersifat egois, kurang berempati dan superior. Karakteristik tersebut merujuk pada NPD (narcissistic personality disorder).
23 Tahun Terbelenggu Bersama Orang NPD
Apa yang dirasakan oleh temanku ini selaras dengan apa yang dialami oleh Mba Kartika Soeminar yang selama kurang lebih 23 tahun terbelenggu menjadi NPD Abuse yang sering kali menghadapi tekanan-tekanan secara verbal ataupun emosional oleh mantan pasangannya. Menghadapi orang dengan kepribadian NPD bisa memberikan rasa tertekan yang mengganggu kualitas hidup. Pasalnya, mereka lebih mementingkan diri sendiri, dan senantiasa berpikir bahwa diri mereka lebih baik dari orang lain.
Beberapa orang yang meyakini dengan menulis menjadi sarana #BreakTheSilence atapun sebagai terapi atas peristiwa-peristiwa yang pernah dilewati yang penuh tekanan, emosi dan bersifat traumatis. Hal inilah yang dilakukan oleh Mba Kartika Soeminar, melewati fase berliku untuk menuntaskan karyanya #KartikaSoeminarStory berjudul Broken but Unbroken. Meskipun sempat tertunda sampai 8 bulan yang harusnya sudah rampung di bulan ke 3 lantaran harus menghadapi sisi emosi tidak nyaman jika harus mengingat kembali masa-masa menyakitkan itu.
Buku Broken but Unbroken memuat kisah perjalanan panjang Mba kartika Soeminar selama hidup berdampingan bersama seorang dengan gejala NPD, melalui buku inilah diharapkan akan membuka cakrawala wawasan mengenai NPD secara menyeluruh atau bisa disebut #NPDAwareness dimana bisa lebih mengetahui perilaku nyata seorang narsistik yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam launching buku Broken but Unbroken pada 26 Oktober 2024, Mba Kartika Soeminar mengungkapkan "Hidup berdampingan dengan seorang NPD bisa merusak kesehatan mental apabila tidak memiliki support system dan kesadaran yang cukup. Melalui buku ini, saya ingin berbagi edukasi untuk memahami lebih lanjut tentang NPD dan dampaknya bagi kesehatan mental orang di sekitarnya. Semoga buku ini dapat memberi kekuatan dan harapan bagi pembaca yang sedang berjuang untuk pulih,”
Pada waktu yang sama, Dra Prabowatie Tjondronegoro, psikolog senior yang juga hadir di acara tersebut mengatakan bahwa pengidap NPD cenderung krisis empati terhadap lingkungan sekitar, hal ini bisa disebabkan karena akibat pola pengasuhan masa kecil yang keliru seperti terlalu dituntut tinggi atau bahkan dimanjakan secara berlebihan.
"NPD merupakan gangguan kepribadian yang pengidapnya sering kali merasa lebih baik dari orang lain. Sehingga, membuat orang-orang di sekitarnya merasa harus mengaguminya, bersifat superior, haus pujian dan validasi, minim empati serta menganggap dirinya paling benar. Akan tetapi pengidap NPD justru sering tak menyadari gangguan psikologis ektrem ini dalam diri mereka." Dra Prabowatie, menjelaskan.
Sebenarnya NPD tidak hanya bisa terjadi pada pria, melainkan juga pada wanita. Tetapi kecenderungannya banyak kasus terjadi pada pria. Dra. Probowatie juga menerapkan 5 cara fundamental untuk menghadapi orang gangguan kepribadian NPD, diantaranya :
- Menstimulus energi positif untuk diri sendiri setiap hari
- Melampiaskan emosi dengan cara tepat seperti menumpahkan kekesalan lewat tulisan di kertas bekas, merobeknya lalu membuangnya ke sampah
- Menerapkan batasan dan sebisa mungkin kurangi interaksi terhadap orang dengan indikasi #Narcisstic
- Pendekatan spiritual dengan meningkatkan kualitas ibadah
- Berkonsultasi pada ahlinya misalnya psikiater dalam upaya mencari solusi penanganan dampak yang telah terjadi bagi korban NPD
Founder KEB yang biasa disapa Mak Mira Sahid menyampaikan "Kolaborasi ini selaras dengan visi misi KEB yang juga berharap bisa memberi edukasi, dukungan terkait dengan kesehatan mental."
Bertahan dengan orang NPD biasanya mentriger para korban yang membuatnya cenderung menyalahkan diri sendiri (self-blaming). Kalau dipertahankan maka resikonya mental hancur. Namun, jika meninggalkan korban kerap di liputi rasa khawatir dan takut dengan komentar negatif orang lain. Itu sebabnya seorang #NPDSurvivor harus segera melepas tekanan dan segera meminta bantuan kepada yang tepat karena kurangnya dukungan bisa menyebabkan perasaan terisolasi dan harga diri terasa rendah.
Di Indonesia sendiri edukasi mengenai kesehatan mental, utamanya gangguan seputar NPD masih cukup tebatas, maka dengan diluncurkannya buku Broken but Unbroken diharapkan bisa mengedukasi masyarakat lebih komprehensif dalam mengenali gejala nya, meningkatkan kesadaran mengenai NPD khususnya di kalangan kaum perempuan hingga proses melepaskan diri dari orang dengan NPD. Juga mengingatkan bahwa dirimu berharga, kamu layak menjalani hari-hari dengan baik dan sayangi diri sendiri.
Spesifikasi buku Broken but Unbroken
Kategori buku : Buku Motivasi
Penulis : Kartika Soeminar
Penerbit : Deepublish
Halaman : 211
ISBN : 978-623-02-9342-9
Tahun terbit : 2024
Beberapa kali baca artikel tentang ibu Kartika Soeminar ini tentang NPD. Kebayang ya 23 tahun bertahan dengan pasangan seperti itu. Alhamdulillah sekarang ada bukunya, jadi bisa lebih lengkap tahu kisahnya. Makasiii...
BalasHapusDuh ngebayangin pedihnya Kartika hidup puluhan tahun dengan pengidap NPD
BalasHapusBeruntung akhirnya bisa melepaskan diri, kalo enggak bisa gila tuh
Pengidap gangguan mental kan gitu, gak terlihat, tau-tau orang terdekatnya ngalamin depresi
Masalah kesehatan mental memang gak boleh dianggap gampangnya. Apalagi kemudian memberikan efek toxic pada orang-orang yang berada di sekitarnya. Dan itu pastinya akan merusak baik mental dan spiritual. Ngeri membayangkannya.
BalasHapusHidup berumah tangga itu memang gak mudah. Harus bisa beradaptasi dengan pasangan, harus bisa merendahkan ego di saat yang tepat. Aku gak bisa bayangkan gimana rasanya 23 th terjebak hidup dengan pasangan NPD. Jadi menarik, gimana cara mbak Kartika Soeminar mengatasi masalah ini? Aku jadi penasaran nih...
BalasHapusBayangin kalo punya pasangan yang npd duhh auto ga sehat kayanya mental hari-hari ..
BalasHapusButuh diputus biar ga berdampak terlalu besar dengan kehidupan kita, demi kebaikan dan kesehatan jiwa dan raga hehe
Kalau mendengar pemaparan langsung dari Kak Kartika, rasanya sakiitt banget yaah.. Membayangkan 23 tahun hidup bersama orang NPD dan berat sekali mengambil keputusan apa yang harus diambil, karena pastinya masing-masing memiliki konsekuensinya.
BalasHapusKini, ka Kartika terlihat cerah berseri apalagi vibes positifnya menular sekali saat lanching Buku Broken but Unbroken. Pas kemarin live KEB, aku juga seneng denger beliau memaparkan teaser buku ini dengan mata yang berbinar. Karena menulis adalah bagian dari stress release yang ampuh.
Nah, betul orang npd tidak merasa dirinya punya gangguan. Kalaupun diajak ke psikiater/psikolog sering menolak yang ada malah si korban akhirnya yg butuh pertolongan
BalasHapusOrang NPD kalau sama orang luar dia kayak orng bener, yang jaga image sampai dikira orang paling baik. Tapi kalau sama orang terdekat justru sebaliknya
BalasHapusPernah ngejalanin hubungan sama org NPD, benar-benar diuji dlm segala hal. Ngadepin nya, capek bngt
BalasHapusSemoga semua yg pernah merasa terjerat orang npd dapat keluar dari masalah. Hanya Allah sebaik-baik penolong
BalasHapusKebetulan saya baru dengerin podcast seorang dokter kejiwaan dan sedikit mengulas pasien dengan suami NPD.
BalasHapusBaca ini saya jadi bayangin sulitnya hidup dengan suami yang mentally seperti anak usia 4 tahun yang haus kasih sayang, baterai cinta pujiannya cepat sekali habis sehingga sering cranky. Cranky-nya anak usia 4 tahun masih imut, kalau lelaki gede, bisa jahat secara verbal, karena anak yang ber-LL word of affirmation biasanya mulutnya jahat.