Jika diamati terakhir belakangan ini, dunia anak-anak mengalami pergeseran, anak yang tumbuh di tahun 2000an kebawah setidaknya masih merasakan bermain secara aktif, menggunakan alat sederhana dan tradisional.Namun ketika popularitas internet di Indonesia semakin berkembang sekitar akhir abad 20 hingga saat ini, teknologi pun semakin maju, segala perangkat berbasis digital menjadi teman sehari-hari tidak terkecuali pada usia anak.
Sumber Gambar : Freepik |
Melihat keprihatinan mayoritas anak yang mulai berkurang minatnya pada kegiatan luar ruang dan permainan tradisional mendorong pemuda bernama Achmad Irfandi mendirikan proyek Kampung Lali Gadget di desa tempatnya tinggal. Dalam bahasa jawa lali itu sendiri memiliki arti 'lupa' tujuannya tak lain mengurangi kecanduan anak-anak bermain gadget dengan mengadakan konservasi budaya yang mengangkat beragam jenis permainan tradisional.
Kampung Lali Gadget menjadi sebuah basecamp bermain tanpa gadget bagi anak-anak dengan fasilitas gubuk, balai joglo, kebun, kandang dan sawah dengan mengenalkan budaya permainan tradisional yang mulai hilang seiring perkembangan zaman. Di dirikan sekitar 1 April 2018, dengan mengajak rekan-rekannya, serta sejumlah pemuda di Desa Pagerngumbuk dan Sidoarjo untuk ikut berpartisipasi sebagai perencana, fasilitator, edukasi, dan pendamping.
Sumber Gambar : IG @irfandi_kampunglaligadget |
Awal perjuangan Irfandi mendirikan Kampung Lali Gadget memang tidaklah mudah, ia harus bersurat ke sekolah-sekolah terdekat agar mau mengirimkan perwakilan muridnya untuk datang mengeksplore dan membagikan pengalamamnnya selama beraktifitas di Kampung Lali Gadget.
Irfandi pun harus memutar otak untuk mencari biaya agar Kampung Lali Gadget tetap berjalan. Karena niatnya pun begitu luhur yakni bisa mewadahi dan memfasilitasi aktivitas pendidikan bermain secara gratis bagi anak-anak. Diantaranya ada ragam permainan tradisional, misalnya saja bermain bakiak, lomba bahu (daun), tapal kuda, damara,gangsing, egrang, klompen tali, klompen panjang, yoyo, lomba kreweng, sarung uncal bahkan bermain lumpur di sawah.
Suara gelak tawa anak-anak mewarnai di tiap area Kampung Lali Gadget, Dusun Bendet, Desa Pagerngumbuk, Kecamatan Wonoayu, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Atas kegigihannya membawa dampak perubahan positif, anak-anak yang datang semakin antusias bahkan menurut pendapat orang tuanya yang terkadang nendampingi, si anak menjadi lebih cerdas secara emosi dan kognitifnya.
Anak-anak yang datang ke Kampung Lali Gadget akan diajak bermain secara tematik dan berbeda-beda setiap akhir pekan. Tentunya permainan yang identik dengan alam ataupun tradisional. Pria yang menamatkan Pendidikan Bahasa dan Sastra di Universitas Surabaya ini berharap dengan berdirinya Kampung Lali Gadget bisa menolong pertumbuhan dan perkembangan anak-anak menjadi generasi penerus yang tidak lupa budaya, sadar akan sopan santun, dan berbudi pekerti.
Sumber Gambar : IG @kampunglaligadget |
Achmad Irfandi Raih SATU Indonesia Awards
Atas dedikasinya yang telah membangun Kampung Lali Gadget serta memberi dampak yang positif, Irfandi terpilih sebagai salah satu penerima SATU (Semangat Astra Terpadu Untuk) Indonesia Awards 2021 Astra di bidang pendidikan. Salah satu yang cukup di tonjolkan pada Kampung Lali Gadget yakni potensi budaya seperti perangkat permainan tradisional yang menjadi sebuah pengenalan di tengah masyarakat agar tak terlupakan. Selain itu, tata ruang yang cukup nyata ditampilkan dalam kehidupan sehari-hari untuk terus dikembangkan dan dilestarikan.
SATU Indonesia Awards menjadi bentuk komitmen Astra dalam mengapresiasi semangat para pemuda-pemudi bangsa di seluruh penjuru negeri yang telah berkontribusi positif untuk masyarakat sekitarnya. Hal ini pun sejalan dengan tujuan Pembangunan Berkelanjutan (Sustainable Development Goals) dari Astra.
Kampung Berseri Astra (Bersih, Sehat, Cerdas, Produktif) mendukung kontribusi positif demi masa depan yang lebih baik melalui berbagai program unggulan dan inisiatif keberlanjutan yang berfokus pada 4 pilar, yakni pendidikan, kesehatan, lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat.
Sumber Gambar : IG @irfandi_kampunglaligadget |
Irfandi tidak ingin mudah puas, Ia berinisiatif akan terus memberikan dedikasinya di masa mendatang dengan perencanaan membuat lembaga pendidikan non formal bebasis kampung permainan tradisional layaknya sekolah alam yang lebih terjangkau dan bisa dinikmati kebermanfaatannya bagi masyarakat secara luas.
6 komentar:
Banyak yang membahas kampung ini. Padahal, lokasinya dekat dengan rumah ortu, tapi aku belum juga sempat mampir ke sana
Di tengah gempuran kemajuan dan kebutuhan akan teknologi, Kampung Lali Gadget hadir untuk mengurai screen time dan kegandrungan serta ketergantungan anak-anak akan internet. Dengan konsep yang matang seperti ini, gak heran jika Astra menganugrahkan Satu Award bagi Irfandi. Seorang anak muda yang inspiratif, inovatif, dan memikirkan mengenai masa depan di dunia pendidikan non-formal. Salut banget.
Keren ya Irfandi
Salah satu penyebab anak-anak nyandu gadget memang disebabkan mereka gak tau ada cara lain untuk mengisi waktu
Maklum, mereka kehilangan ruang dan waktu sehingga memakai cara mudah membuka gadget di waktu yang luang
Kagum dengan para aktivis yang tulus mengabdi demi edukasi generasi masa depan bangsa. Semoga yang terbaik dari kampung lali gadget bisa terus berkembang.
Saya sangat setuju sekali, ada kampung lali (lupa) gadget, supaya anak2 modern sekrg mengurangi gadget dan lebih aware dengan lingkungan sekitar termasuk untuk pengenalan budaya lokal atau permainan tradisional nusantara.
Irfandi keren banget ya. Nggak mudah lho bikin anak-anak melupakan gadget dan mengajak untuk melakukan aktivitas lainnya selain gadget. Dan dia berhasil.
Posting Komentar